Page 213 - Ayah - Andrea Hirata
P. 213

200 ~ Andrea Hirata


              Sabari melongok, membaca nama dan alamat penerima

          surat di tangan orang itu.
              “Kurasa tidak, Pak.”
              “Saudara harus yakin sebab ini bukan surat biasa, ini
          bukan surat tagihan iuran televisi, ini bukan surat imbauan
          untuk bergotong royong Minggu pagi, ini bukan surat dari

          sahabat pena atau surat gita cinta dari SMA, ini adalah surat
          panggilan dari pengadilan, pengadilan negara, saya teguhkan
          sekali lagi, apakah Saudara mengerti?”
              “Mengerti, Pak.”
              “Kesalahan penyampaian surat bisa punya akibat hu-
          kum, bisa merugikan pihak penggugat atau tergugat. Kesalah-
          an sepele bisa menyebabkan hukum sulit untuk ditegakkan.
          Kita tidak bicara obrolan sehari-hari di sini, tapi kita bicara

          kalimat-kalimat hukum. Oleh karena itu, tak jemu-jemu saya
          teguhkan, apakah Saudara mengerti?”
              “Mengerti, Pak.”
              “Yakin?”
              Sabari ragu.

              “Apakah Saudara mengerti maksud saya?”
              “Mengerti bagian mana maksud Bapak?”
              “Semuanya, terutama bagian akibat hukum itu.”
              Mirip karakter JonPijareli, Sabari selalu melihat sisi baik
          dari segala hal. Panggilan dari pengadilan itu dalam pema-
          hamannya mungkin bersangkut paut dengan penegasan sta-
          tusnya sebagai ayah Zorro yang sering dipergunjingkan orang,
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218