Page 211 - Ayah - Andrea Hirata
P. 211

198 ~ Andrea Hirata


              Mobil terus meluncur, di depan Manikam terbentang

          Jalan Seruni yang panjang dan senyap. Kabut tipis mengam-
          bang di pucuk trembesi yang berjajar di pinggir jalan. Tiba-
          tiba Manikam merasa tak ada siapa-siapa di dunia ini selain
          dirinya sendiri. Anak-anak yang berlari di pinggir jalan dan
          berteriak memanggil kawan-kawannya seakan bergerak-gerak

          dalam kebisuan. Manikam merasa pahit karena luput untuk
          mengetahui bahwa selama ini istrinya tak bahagia. Ketidak-
          bahagiaan bak musuh tersembunyi yang pandai menyerang
          secara bergerilya, tersamar, diam-diam, mematikan. Enam
          belas tahun pernikahannya, 44 tahun usianya. Manikam ga-
          mang membayangkan apa yang akan terjadi di pengadilan
          agama nanti dan miris membayangkan apa yang akan terjadi
          setelah itu.







          Jon dan  band-nya sedang mencoba-coba  lagu  ciptaan Jon
          sendiri yang berjudul “Aku Berlari”, satu lagu dengan nuan-

          sa reggaedut (reggae dangdut), saat seseorang berpakaian orang
          kantoran mendatangi Jon dan menyerahkan sepucuk surat.
              Karena pembawaan yang selalu positif, Jon tersenyum
          lebar menerima surat itu. Pikirnya, dan itu sudah sering terja-
          di, surat itu adalah undangan alias job tampil. Namun, begitu
          menyadari maksud surat itu, senyum Jon mendadak terisap
          dari mukanya, secepat sedotan WC pesawat Merpati.
   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216