Page 397 - Ayah - Andrea Hirata
P. 397
384 ~ Andrea Hirata
terampil dengan kata-kata, lebih terampil daripada dirinya
sendiri. Jika dia berkata, matanya bersinar memancarkan ke-
cerdasan berbahasa. Setiap malam dibacanya puisi tentang
tempat-tempat yang pernah disinggahinya, guru-guru dan
kawan-kawan yang pernah dikenalnya.
Sabari terlempar ke tempat-tempat yang jauh: Pang-
kal Pinang, Toboali, Bengkulu, Medan, Batanghari, Siak,
Rengat, Bengkalis, Pariaman, Indragiri Hulu, Bagan Siapi-
api, Tanjung Pinang, Singkep, Dabo. Takjub dia akan per-
jalanan anaknya dan terpukau akan puisi-puisi perjalanan-
nya. Kalimat berhias ditaburkan Zorro, dilekak-lekuk setiap
kata tumbuhlah sayap, lalu beterbangan seantero rumah bak
kupu-kupu.
Sebuah puisi telah ditulis Zorro untuk ayahnya. Ayah, ju-
dul puisi itu.
Kulalui sungai yang berliku
Jalan panjang sejauh pandang
Debur ombak yang menerjang
Kukejar bayangan sayap elang
Di situlah kutemukan jejak-jejak untuk pulang
Ayahku, kini aku telah datang
Ayahku, lihatlah, aku sudah pulang
Sepanjang Amiru berpuisi, Sabari terharu karena bang-
ga melihat betapa besar anaknya melihat dirinya sendiri da-

