Page 393 - Ayah - Andrea Hirata
P. 393

380 ~ Andrea Hirata


          dihinggapi perasaan  pahit. Kemudian, datanglah beberapa

          orang yang sepertinya juga menunggu kapal kayu itu.
              Semakin sore makin banyak orang ke dermaga. Diam-
          diam juru antar juga datang. Diparkirnya motor dekat para
          tukang ojek di pojok sana. Dari jauh dilihatnya Sabari berdiri
          di samping sepeda sambil memegang piala. Dia telah mende-

          ngar dari Sabari bahwa dia cemas kapal itu tak merapat.
              Hampir dua jam Sabari berdiri tegak, tak ada tanda-tan-
          da kapal akan tiba. Dia lelah karena gugup berkepanjangan,
          tetapi dia akan terus menunggu meski sampai malam nanti.
          Juru antar sedih melihat harapan besar Sabari yang mungkin
          akan terempas lagi sore ini. Dia khawatir membayangkan apa
          yang akan terjadi pada lelaki malang itu jika tak berjumpa
          dengan anaknya.

              Keadaan semakin menyedihkan karena satu per satu
          orang mulai pulang. Juru antar mendengar obrolan yang ter-
          lontar dari mereka bahwa kapal itu takkan datang. Dengan
          hampa ditatapnya orang-orang yang berjalan meninggalkan
          dermaga. Namun,  tiba-tiba dia terkejut mendengar sirene

          kapal. Orang-orang yang beranjak pulang itu berbalik dan
          berlarian kembali ke dermaga. Juru antar melihat wajah Sa-
          bari berdiri dengan tegang, tubuhnya tegak macam tentara
          bersiap.
              Dada Sabari berdegup melihat sebuah kapal berbelok
          di semenanjung sana. Dia terpana sehingga tak menyadari
          kapal itu memasuki pelabuhan dan tahu-tahu sudah dekat se-
   388   389   390   391   392   393   394   395   396   397   398