Page 390 - Ayah - Andrea Hirata
P. 390
Ayah ~ 377
Selama tiga hari itu dia susah tidur. Mau makan tak la-
par, mau minum tak haus. Mau tak makan, lapar, mau tak mi-
num, haus. Mau berjalan, tetapi juga mau duduk saja. Mau
duduk, tetapi mau berjalan. Lelah berbaring, tetapi hanya
bisa tergeletak di atas dipan.
Adakalanya Sabari merasa Zorro sudah berada di dalam
kamar, lalu dia membaca kisah tentang keluarga langit dan
puisi merayu awan. Begitu dilihatnya tempat tidur itu kosong,
dia menutup wajahnya dengan tangan. Sungguh repot kea-
daannya sehingga para tetangga cemas. Dugaan mereka, jika
kapal itu tak jadi merapat, Sabari mungkin akan lebih gila
daripada orang yang paling gila di dunia ini.
Sabtu yang mendebarkan, yang seakan telah ditunggu
Sabari seumur hidupnya itu akhirnya tiba. Sabari bangun
lebih pagi daripada makhluk mana pun sebab semalam dia
memang tak bisa tidur.
Pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil. Pi-
ala itu dibelinya di pasar.
“Terima kasih banyak, Pak,” kata Sabari.
“Hanya piala kecil, Bung, tapi bagiku Bung adalah jua-
ra. Bung adalah ayah paling hebat yang pernah kukenal da-
lam hidupku.”
Kapal itu baru akan merapat nanti sore, tetapi sejak
pagi Sabari telah bersiap-siap. Disetrikanya baju dan celana
terbaiknya, disemirnya sepatu. Boncengan dari rotan sudah

