Page 388 - Ayah - Andrea Hirata
P. 388
Ayah ~ 375
Juru antar kembali ke posisi tadi sore tempat dia me-
nunggu Sabari. Matanya tak lepas menatap belokan terakhir
itu dan kali ini dia takkan kecewa. Tak lama kemudian terde-
ngar gemuruh tepuk tangan dan sorak-sorai, lalu muncullah
Sabari berlari terseok-seok di belokan itu. Orang-orang ber-
lari mengikutinya di belakang. Juru antar terpaku melihat Sa-
bari berlari dengan menyeret kaki kirinya yang berdarah, wa-
jahnya pucat, keadaannya compang-camping. Tepuk tangan
tak henti-henti untuk Sabari. Izmi berlari mendekati Sabari
dan menyelimutinya dengan bendera merah putih. Sabari
meliriknya. Dia lelah dan kesakitan, tetapi dia tersenyum.
Menjelang garis finis, Sabari berlari semakin cepat sam-
bil mengangkat bendera di atas kepalanya. Bendera merah
putih berkibar-kibar. Orang-orang berteriak menyambutnya
Merdeka! Merdeka!

