Page 387 - Ayah - Andrea Hirata
P. 387
374 ~ Andrea Hirata
Usai membantu anaknya mengerjakan PR, juru antar
kembali menghidupkan radio. Disimaknya berita tentang tin-
dak pidana korupsi, tiba-tiba penyiar radio lokal memotong
siaran dengan semacam breaking news, yaitu soal seorang pe-
lari maraton yang terus melanjutkan berlari, menolak untuk
menyerah meski lomba sudah selesai dan para juara sudah
ditentukan. Penyiar menyebut nomor peserta pelari itu. Juru
antar terpana.
“Bung Sabari!” Tanpa ambil tempo, dia bergegas me-
nyambar kunci motor bebeknya. Berita yang sama juga di-
dengar oleh Izmi.
Juru antar berdoa agar motornya tidak rewel. Doanya
terkabul, sekali engkol motornya langsung melengking. Dia
ngebut macam orang dikejar iblis. Kecepatannya sangat men-
cemaskan, 25 kilometer per jam.
Izmi terpana di depan radio. Betapa dia kagum akan
semangat Sabari. Lalu, dia teringat pernah melihat di tele-
visi para juara maraton diselimuti bendera negara. Baginya
Sabari adalah juara. Bergegas dia mengambil bendera, lalu
disambarnya sepeda.
Di taman balai kota, orang-orang ramai berkumpul ka-
rena kabar tentang pelari yang bertekad menaklukkan garis
finis itu telah menyebar. Radio lokal kembali melakukan si-
aran pandangan mata. Suasana tak kalah meriah dari saat
menunggu juara tadi sore.

