Page 23 - Modul Pembelajaran Sistem Reproduksi dan Program KB - Nendy Noer Fathur Rozi (175040058)
P. 23

kelemahan  serta  keluhannya.  Perempuan  yang  diharapkan  memiliki  toleransi  yang  tinggi,
               berdampak  terhadap  cara  mereka  menunda-nunda  pencarian  pengobatan,  terutama  dalam
               situasi social ekonomi yang kurang dan harus memilih prioritas, maka biasanya perempuan
               dianggap wajar untuk berkorban.Keadaan ini juga dapat berpengaruh terhadap konsekuensi
               kesehatan  yang  dihadapi  laki-laki  dan  perempuan.Empat  isu  gender  dalam  berbagai  siklus
               kehidupan yaitu:

               a.    Isu Gender di Masa Kanak-Kanak.
                     Isu gender pada anak-anak laki-laki, misalnya: pada beberapa suku tertentu, kelahiran
               bayi laki-laki sangat diharapkan dengan alas an, misalnya laki-laki adalah penerus atau pewaris
               nama  keluarga;  laki-laki  sebagai  pencari  nafkah  keluarga  yang  handal;  laki-laki  sebagai
               penyanggah orang tuanya di hari tua. Dan perbedaan perlakuan juga berlanjut pada masa kanak-
               kanak. Pada masa kanak-kanak, sifat agresif anak laki-laki serta perilaku yang mengandung
               resiko diterima sebagai suatu kewajaran, bahkan didorong kearah itu, karena dianggap sebagai
               sifat anak laki-laki. Sehingga data menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering terluka dan
               mengalami kecelakaan.

               b.    Isu Gender Pada Anak Perempuan.
                     Secara biologis bayi perempuan lebih tahan daripada bayi laki-laki terhadap penyakit
               infeksi di tahun-tahun pertama kehidupannya. Sebab itu jika data memperlihatkan kematian
               bayi perempuan lebih tinggi dan bayi laki-laki, patut dicurigai sebagai dampak dari isu gender.
               Di masa balita, kematian karena kecelakaan lebih tinggi dialami oleh balita laki-laki, karena
               sifatnya yang agresif dan lebih banyak gerak.

               c.    Isu Gender di Masa Remaja.
                     Isu gender yang berkaitan dengan remaja perempuan, antara lain: kawin muda, kehamilan
               remaja, umumnya remaja puteri kekurangan nutrisi, seperti zat besi, anemia. Menginjak remaja,
               gangguan anemia merupakan gejala umum dikalangan remaja putri. Gerakan serta interaksi
               sosial remaja puteri seringkali terbatasi dengan datangnya menarche. Perkawinan dini pada
               remaja puteri dapat member tanggung jawab dan beban melampaui usianya. Belum lagi jika
               remaja  puteri  mengalami  kehamilan,  menempatkan  mereka  pada  resiko  tinggi  terhadap
               kematian. Remaja putreri juga berisiko terhadap pelecehan dan kekerasan seksual, yang bisa
               terjadi  di  dalam  rumah  sendiri  maupun  di  luar  rumah.  Remaja  putri  juga  bisa  terkena  isu
               berkaitan  dengankerentanan  mereka  yang  lebih  tinggi  terhadap  perilaku-perilaku  stereotipe
               maskulin,  seperti  merokok,  tawuran,  kecelakaan  dalam  olah  raga,  kecelakaan  lalu  lintas,
               ekplorasi  seksual  sebelum  nikah  yang  berisiko  terhadap  penyakit-penyakit  yang  berkaitan
               dengan: IMS, HIV/AIDS.

               d.    Isu Gender di Masa Dewasa.
                     Pada  tahap  dewasa,  baik  laki-laki  maupun  perempuan  mengalami  masalah-masalah
               kesehatan yang berbeda, yang disebabkan karena faktor biologis maupun karena perbedaan
               gender. Perempuan menghadapi masalah kesehatan yang berkaitan dengan fungsi alat
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28