Page 13 - Sejarah Nasional Indonesia
P. 13
penting seperti Homo erectus (Manusia Jawa) di situs Sangiran dan
Ngandong memberikan bukti bahwa Indonesia sudah dihuni sejak
zaman Pleistosen (Widianto & Noerwidi, 2020). Selain itu, penemuan
alat batu di situs Gua Harimau, Sumatra Selatan, dan lukisan dinding
gua di Sulawesi Selatan menunjukkan jejak budaya dan kehidupan
masyarakat pada masa prasejarah (Kaifu et al., 2007).
Kehidupan masyarakat pada masa prasejarah di Indonesia
sangat bergantung pada alam. Pada fase Paleolitikum, manusia purba
hidup sebagai pemburu-pengumpul, berburu hewan dan
mengumpulkan tumbuhan liar untuk bertahan hidup (Timang et al.,
2016). Pada fase Neolitikum, terjadi perubahan signifikan ketika
masyarakat mulai bertani dan membentuk pemukiman tetap
(Simanjuntak et al., 2010). Pengembangan teknologi, seperti
pertanian dan domestikasi hewan, mendorong terbentuknya
kehidupan yang lebih kompleks dan terorganisir, yang kelak menjadi
dasar bagi perkembangan peradaban selanjutnya di Nusantara
(Soedarto & Hendrarini, 2019).
1.4. Periode Kesultanan dan Pengaruh Islam
Kebangkitan kesultanan-kesultanan Nusantara terjadi pada
abad ke-13 hingga abad ke-17, seiring dengan penyebaran Islam yang
mulai menggantikan pengaruh Hindu-Buddha di berbagai wilayah
(Sulistiono, 2021). Kesultanan-kesultanan ini berkembang pesat di
pusat-pusat perdagangan maritim, terutama di pesisir Sumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Maluku. Salah satu kesultanan terbesar yang
pertama kali bangkit adalah Kesultanan Samudera Pasai di Aceh pada
abad ke-13 (Daly et al., 2019), yang kemudian diikuti oleh Kesultanan
Buton, Kesultanan Demak, Kesultanan Malaka, Kesultanan Ternate,
dan Kesultanan Aceh Darussalam (Hayati & Alimni, 2023). Faktor
yang mempengaruhi kebangkitan ini adalah posisi strategis wilayah
Nusantara di jalur perdagangan internasional yang mempertemukan
La Ode Muhammad Rauda Agus Udaya Manarfa, S.Sos, M.Si. 4

