Page 177 - Sejarah Nasional Indonesia
P. 177
elit politik dan militer, yang memunculkan konflik internal dan
mengurangi kekuatan Soeharto.
g. Pengunduran Diri Soeharto
Pada Mei 1998, demonstrasi mencapai puncaknya, dengan
jutaan orang turun ke jalan. Tekanan yang kuat dari rakyat dan militer
memaksa Soeharto untuk mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Transisi ke Reformasi dengan pengunduran diri Soeharto menandai
berakhirnya Orde Baru dan dimulainya era Reformasi, yang ditandai
dengan tuntutan untuk demokratisasi dan perubahan sistem politik.
Keruntuhan Orde Baru membawa perubahan besar bagi
Indonesia, membuka jalan bagi reformasi politik, kebebasan
berpendapat, dan penegakan hak asasi manusia, meskipun tantangan
tetap ada dalam proses transisi menuju demokrasi. Namun kondisi ini
menurun ketika di tahun 1997 saat terjadi krisis moneter. Krisis inilah
yang membuat pemerintah kehilangan kepercayaan rakyat sehingga
Soeharto sebagai presiden mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei
1998 yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru.
Meski selama masa tersebut perekonomian Indonesia melaju
pesat dan pembangunan infrastruktur yang merata untuk
masyarakat, namun perkembangan tersebut diikuti dengan praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini menyebabkan kurangnya
kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo
mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar
setelah pemerintah menaikkan harga BBM di tanggal 4 Mei 1998.
Belum lagi terjadi Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya 4 mahasiswa di
depan Universitas Trisakti yang semakin mendorong masyarakat
menentang kebijakan pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan
periode orde baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia.
Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami
penurunan disusul dengan berakhirnya rezim orde baru. Besarnya
gelombang demonstrasi di berbagai daerah, membuat Presiden
Dr. Zulfa, S. Pd., M.Pd., M.Hum 168

