Page 220 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 220

―Terimakasih,  Pak.  Ini  semua  berkat  ilmu  bapak  yang
               luar  biasa,  dan  dengan  ikhlas  bapak  memberikan  ilmu  itu
               kepada kami.‖
                                                ***
                     Bandara Soekarno Hatta, 27 Agustus 2015
                     Saat  Diva  mendapat  sambutan  yang  luar  biasa  dan

               berdiri di depan rekan-rekannya, tiba-tiba sosok di belakang
               Diva  membuatnya  terkejut.  Ya,  ibu  yang  membuat  Diva
               sangat berat meninggalkan Indonesia saat mengetahui ibunya
               jatuh sakit. Diva memeluk ibunya dengan erat dan menciumi
               tangan ibunya dengan berulangkali. Tak ada yang lebih harum
               dari tangan yang penuh dengan surga itu, tangan yang sudah
               lama  tak  menyentuhnya  itu.  Semua  terharu  melihat  cerita
               itu. Diva juga tidak lupa mencium tangan ayahnya yang selama

               ini  telah  menjadi  ayah  yang  tangguh  dalam  segala  hal,  ayah
               yang sediakala mencari nafkah untuk urusan kita, ayah yang
               menjadikanku  manusia  seutuhnya.  Dan  adik-adiknya  yang
               telah  menjadi  anak  yang  pandai  pula.  Diva  memeluk  satu
               persatu adiknya yang sangat ia cintai keberadaannya.
                     ―Ibu,  ayah,  Diva  kangen  sama  ibu  dan  ayah,  Diva

               kangen, Diva kangen, Diva kangen, Bu, Yah.‖
                         ―Ayah Ibu juga merindukanmu, Nak. Selamat, Nak.
               Kamu telah sukses atas usahamu.‖










                                                         211

                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU
   215   216   217   218   219   220   221