Page 218 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 218
keadaan seperti inipun hanya Engkau yang memberikan
bantuan. Ya, aku akan tetap melanjutkan apa yang sudah ku
komitmenkan, meski derai airmata menemaniku hingga ke
negeri orang. Bismillah, goodbye Indonesia.‖
Diva masih terus menerka apa yang terjadi pada ibunya,
Diva sangat ketakutan jika dan jika apa yang Diva tidak
inginkan terjadi. Diva terpaku dalam kesunyian pesawat, saat
semua rekannya tertidur, Diva menangis di keheningan itu.
Tak terasa dalam pantauan matanya Diva telah sampai ke
Korea. Dengan lunglai Diva tertuntun oleh langkah Ana.
***
Hari yang sangat mendebarkan telah tiba, sebelum
masuk ruangan Diva dipanggil oleh official. Dan video call dari
ibunya menyambutnya begitu hangat di pagi itu. Jantung Diva
berdebar begitu cepat mengalahkan rasa berdebar di
perlombaan itu, bagaimana ia sangat bahagia senyuman
hangat yang sangat ia rindukan telah benar kembali dalam
ingatannya. Lantunan semangat demi semangat telah
menyesaki otak Diva, bahagia itu luar biasa membuat jiwa
Diva berdiri lebih tegap dan siap berperang otak.
―Ibu tidak memaksa kamu untuk mendapatkan medali,
itu hakmu, berusahalah sebisamu jangan kau ragukan hati dan
otakmu ya, Nak. Kau hebat, kau tangguh, kau luar biasa, Nak.
Ibu sayang sama Diva.‖
―Bu, matursuwun... Sepura, Bu jika Diva banyak salah,
doakan Diva semoga lancar dan dapat membahagiakan
Indonesia.‖
209
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

