Page 101 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 101

Pribadi dan Martabat Buya Hamka
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                 belum melupakan bahwa Soekarno dipuncak kekuasaannya
                 sangat membenci dan menaruh dendam kepadanya. Pidato
                 Ayah di dalam Sidang Konstituante yang menolak konsepsi
                 Soekarno, pasti sangat menyakitkan hatinya.

                     Satu kali Soekarno bicara , “Kapan kita mulai menggali
                 api Islam?” Ayah dalam kesempatan lain menjawab, “Tunggu
                 tanggal mainnya!”
                     Tentang konsepsi Demokrasi  Terpimpin, Kabinet Kaki
                 Empat yang menjadi gagasan Soekarno, dikatakan olehnya
                 sendiri: “Itulah jalan lurus, assirathal mustaqim.”

                     Tapi Ayah menjawab, “Itulah Assirat ilal jahim”, alias
                 jalan menuju neraka. Selanjutnya seperti telah kita ketahui,
                 Soekarno kemudian membungkam dan menangkap  Ayah
                 selama hampir 3 tahun. Namun mendengar Soekarno sakit
                 dalam situasi kritis, Ayah menangis. Bahkan dia mengimami
                 shalat jenazah Soekarno. Dia tak peduli kritik dan celaan
                 orang banyak atas perbuatannya itu.
                     Setelah meninggalnya Soekarno, tidak pernah saya
                 dengar  Ayah mencela kehidupan Soekarno. Seolah-olah
                 dia benar-benar telah lupa bahwa Soekarnolah yang me-
                 nangkapnya berdasarkan undang-undang antisub versi yang
                 terkenal dengan nama Penpres No. 11 itu. Dan bukan cuma
                 kepada Soekarno, terhadap pendukung Soekarno yang
                 menjebloskannya ke dalam tahanan, dia bisa bersikap baik
                 sampai akhir hayatnya.
                     Suatu hari, sepasang pemuda dan pemudi datang ke
                 rumah.  Yang perempuan seorang mahasiswa IKIP dan
                 memperkenalkan diri sebagai anak Pramudya Ananta Noer.

                     “Oh, anak Pram, apa kabar bapakmu sekarang?” Tanya
                 Ayah dengan ramah.

                 84                                           pustaka-indo.blogspot.com





                                                                         1/13/2017   6:18:39 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   84       1/13/2017   6:18:39 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   84
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106