Page 98 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 98

Pribadi Buya Hamka yang Menakjubkan
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    itu nan bagak”, artinya siapa di atas dialah yang jago.”Semua
                    yang hadir di restoran itu pun tertawa, “Kita dapat pepatah
                    baru dari Buya,” ujar mereka.

                        Dalam kunjungan yang lain ke Sumatra Barat, sekitar
                    tahun 1970-an, kami tidur di sebuah kamar di Masjid
                    Muhammadiyah Padang yang runtuh pada 1974. Karena tidur
                    di masjid, tentu saja tamu-tamu yang da tang pun tak bisa
                    dibatasi lagi. Di antara tamu-tamu itu, ada Almar hum Buya
                    Udin, seorang pemimpin Muhammadiyah asal Pariaman.
                    Se perti Ayah, Buya Udin ini pun punya banyak simpanan
                    pantun-pantun. Maka, terjadilah berbalas pantun sampai satu
                    jam.  Tam paknya Buya Udinlah yang letih. “Kalah  ambo,”
                    kata Buya Udin. “Ayahmu bukan cuma hafal pantun-pantun,
                    tapi juga pencipta pantun Minang,” kata Buya Udin kepada
                    saya.
                        Beberapa kali saya menyaksikan  Ayah yang bergelar
                    Datuk Indo mo itu, bersahut-sahutan pantun dan pepatah-
                    petitih dalam upacara adat dan perkawinan anak, dan
                    kemenakannya. Maka tak heranlah ka lau dalam tablig-tablig
                    dan khutbah, dia selalu menyelipkan pantun- pantun Minang

                        Selain berpepatah-petitih dan bersyair,  Ayah ada lah
                    seseorang yang gampang sekali terharu dan menitikkan
                    air mata.  Ter utama kalau sudah mengingat kebesaran dan
                    kekuasaan Tuhan.
                        Hampir setiap shalat Maghrib di akhir bulan Sya’ban,
                    atau sehari sebelum tibanya puasa, dia menangis saat shalat.
                    Ketika mem baca ayat, suaranya tertahan-tahan menyambut
                    tibanya bulan suci itu. Setiap hari dia membaca Al-Quran,
                    adakalanya dia menangis seorang diri. Ketika sampai pada



                                                                          81

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   81
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   81       1/13/2017   6:18:39 PM
                                                                         1/13/2017   6:18:39 PM
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103