Page 170 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 170

168  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            H.  Ad-Daraquthni  dalam  Ghara-ib  Malik  berkata:  Abu  Ghaziyah  ini
            adalah  ash-Shaghir,  seorang  yang  haditsnya  munkar  (munkarul
            hadits)”.  Demikianlah  tulisan  Ibn  Hajar  dalam  Lisan  al-Mizan.
            Sesungguhnya orang yang dinilai dengan penilaian semacam ini maka
            hadits-haditsnya masih dianggap (mu’tabar).
                    Kemudian Ahmad ibn Yahya al-Hadlrami juga bukan seorang
            yang majhul. Biografinya telah disebutkan oleh adz-Dzahabi dalam al-
            Mizan,  berkata:  “Ia  (Ahmad  ibn  Yahya)  mengambil  riwayat  dari
            Harmalah  at-Tujaibi,  dan  Abu  Sa’id  ibn  Yunus  menilainya  sebagai
            seorang  yang  layyin  (lemah)”.  Sesungguhnya  seorang  yang
            disebutkan  biografinya  seperti  demikian  ini  maka  periwayatan
            haditsnya masih dianggap (mu’tabar).
                    Adapun  Muhammad  ibn  Ziyad,  jika  benar  dia  adalah  an-
            Naqqasy seperti yang diungkapkan oleh Ibnul Jawzi maka dia adalah
            salah  seorang  ahli  Qira’at,  dan  seorang  imam  ahli  tafsir.  Dalam  al-
            Mizan  adz-Dzahabi  berkata:  “Dia  (an-Naqqasy)  menjadi  syekh  para
            ahli Qira’at pada masanya, ada yang menilainya sedikit lemah (‘ala
            dla’f fih),  beliau  dipuji oleh  Abu  Amr  ad-Dani (salah  seorang  imam
            Qira’at), hanya saja beliau meriwayatkan beberapa hadits munkar”.
                                       264
            Demikian tulisan adz-Dzahabi” .
                    Al-Hafizh as-Suyuthi berkata: “Hadits munkar adalah bagian
            dari  hadits  dla’if,  bukan  sebagai  hadits  maudlu’.  Hadits  munkar
            bahkan lebih tinggi kualitasnya dibanding hadits matruk, dan hadits
            matruk-pun  juga  masih  dari  kategori  hadits  dla’if,  bukan  hadits
            maudlu’,  sebagaimana  ketetapan  ini  dicatat  dalam  kitab-kitab
                               265
            musthalah al-hadits” .
                    Selain dari pada itu al-Hafizh as-Suyuthi sendiri mengatakan
            bahwa  hadits  jalur  tersebut  di  atas  (riwayat  Ibnu  Syahin)  memiliki
            syahid (bukti yang dapat menguatkan) dari jalur lain. Berikut catatan
            as-Suyuthi:


                  264  Penjelasan lebih detail dan rinci lihat Nasyr al-‘Alamain, as-Suyuthi, h. 5-
            6, lihat pula at-Ta’zhim wa al-Minnah, h. 8. Selain tiga orang perawi tersebut di atas
            seluruh  para  perawi  lainnya  dari  hadits  ini  adalah  orang-orang  tsiqah.  Dan  kritik
            Ibnul Jawzi hanya seputar tiga orang perawi tersebut saja.
                  265  Nasyr al-‘Alamain, as-Suyuthi, h. 7
   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175