Page 212 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 212

210  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            Faedah Penting Tentang Tanzih Dari Mulla al-Qari
                    Syekh  Mulla  Ali  al-Qari  al-Hanafi  dalam  banyak  tulisannya
            dalam  masalah  aqidah  menunjukan  bahwa  beliau  adalah  seorang
            sunni,  giat  memperjuangkan  akidah  Ahlussunnah  Wal  Jama’ah.
            Dalam  Syarh  al-Fiqh  al-Akbar  ada  banyak  tulisan  beliau  dalam
            mengungkapkan kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya, serta
            menuliskan  kesucian  Allah  dari  tempat  dan  arah,  di  antaranya
            sebagai berikut:

                  “Adapun makna sifat-Nya al-‘Uluww yang diambil dari firman-
            Nya: “Wa Huwa al-Qâhiru Fawqa ‘Ibâdih” (QS. Al-An’am: 18) adalah
            dalam  pengertian  ketinggian  derajat  dan  kedudukan  bukan  dalam
            pengertian berada pada tempat yang tinggi sebagaimana hal ini telah
            ditetapkan oleh kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan bahkan telah
            ditetapkan juga oleh kelompok-kelompok diluar Ahlussunnah seperti
            Mu’tazilah,  Khawarij,  dan  sekalian  para  ahli  bid’ah.  Dalam  hal  ini
            hanya  kaum  Mujassimah  dan  orang-orang  bodoh  yang  mengaku
            madzhab  Hanbali yang  telah  menetapkan  adanya  arah  tempat  dan
                                                                  341
            arah bagi Allah. Sesungguhnya Allah maha suci dari pada itu” .
                    Pada bagian lain dalam kitab yang sama Syekh Mulla al-Qari
            berkata:  “Sesungguhnya  Allah  bukan  pada  suatu  tempat  atau  di
            semua tempat, juga tidak terikat oleh suatu waktu atau oleh semua
            waktu. Karena tempat dan waktu adalah termasuk di antara makhuk-
            makhluk  Allah.  Dan  Allah  ada  tanpa  permulaan  (Azaliy),  Dia  ada
                                                    342
            sebelum segala sesuatu dari makhluk ini ada” .


                  341   Syarh  al-Fiqh  al-Akbar,  Ali  al-Qari,  h.  196-197.  Ini  sekaligus  sebagai
            bantahan terhadap akidah sesat kaum Wahabi yang berkeyakinan Allah bertempat
            atau  bersemayam  di  arsy.  Lebih  aneh  lagi,  di  saat  yang  sama  mereka  juga
            berkeyakinan Allah bertempat di langit. Na’udzu billah. Kita katakan terhadap orang-
            orang Wahabi; “Kalian hanya mengambil pendapat Ali al-Qari hanya dalam masalah
            kedua  orang  tua  Rasulullah,  sementara  dasar-dasar  pokok  dalam  masalah  akidah
            yang telah dituliskan beliau; --seperti keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat dan
            tanpa arah, serta tidak terikat oleh dimensi-- kalian tidak mengikutinya. Jelas, ini ada
            adalah cara pandang yang “se-enak perut”.
                  342  Syarh al-Fiqh al-Akbar, Ali al-Qari, h. 64
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217