Page 208 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 208
206 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
Abu Hanifah adalah kekeliruan dan tidak memiliki dasar. Dengan
usaha kalian dalam menyebarluaskan tulisan Mulla Ali al-Qari; seakan
kalian telah men-cap diri kalian sendiri di hadapan dunia Islam bahwa
kalian telah membuat permusuhan dengan Rasulullah”.
Pemuka Wahhabi: “Apa pendapatmu tentang firman Allah:
“ar-Rahman ‘Alal ‘Arsyis-tawa (QS. Thaha: 5)”?
Syekh al-Hamami: “Aku katakan seperti yang Imam Malik ibn
Anas katakan: “al-Istiwa’ ma’lum wa al-kaif ghair ma’qul wa al-iman
bih wajib wa as-su-al ‘anhu bid’ah (Kata Istiwa’ telah diketahui
adanya dalam al-Qur’an, dan memaknai sifat istiwa’ pada hak Allah
dalam makna sifat benda adalah perkara yang tidak dapat diterima
oleh akal, beriman dengan sifat istiwa’ adalah wajib, dan bertanya
tentang sifat istiwa’ tersebut adalah bid’ah). Aku tidak
menambahkan apapun terhadap apa yang telah dinyatakan oleh
Imam Malik ini”.
Pemuka Wahabi: “Katakanlah istawa dengan Dzat-Nya!”.
Syekh al-Hamami menjawab: “Seandainya kalimat itu benar
adanya dari Rasulullah maka aku-pun akan mengatakannya, dan jika
tidak benar maka sedikitpun tidak akan aku pedulikan (adlrib biha
337
‘urdlal ha-ith)” .
Syekh Ibrahim al-Bayjuri dalam Tuhfah al-Murid ‘Ala Jawharah
at-Tawhid, menuliskan sebagai berikut:
“(Peringatan); Setelah engkau mengetahi bahwa Ahlul Fatrah
sebagai orang-orang yang selamat sebagaimana ini adalah pendapat
yang kuat maka dari sini engkau juga mengetahui bahwa kedua
orang tua Rasulullah pasti selamat, karena keduanya termasuk Ahlul
Fatrah, bahkan seluruh moyang Rasulullah ke atasnya, baik yang laki-
laki maupun perempuannya, mereka semua adalah orang-orang
337 Cerita lebih lengkap lihat Bara-atul Asy-‘ariyyin Min ‘Aqa-id al-Mukhalifin,
Abu Hamid ibn Marzuq (Syekh Muhammad Arabi at-Tabban), 1/177

