Page 102 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 102
100 | Memahami Makna Bid‟ah
atau pada makruh maka ia adalah bid‟ah makruh, atau pada kaedah-
140
kaedah mubah maka ia adalah bid‟ah mubah”.
Bid‟ah pada wilayah ini (al-furu‟) terbagi kepada dua
bagian; bid‟ah hasanah dan bid‟ah sayyi-ah. Beberapa bid‟ah hasanah
bahkan ada yang dirintis oleh sahabat-sahabat Rasulullah, Ulama
Salaf, dan para Ulama Khalaf yang datang sesudah mereka. Berikut
ini contoh beberapa bid‟ah dalam cabang-cabang agama (al-furu‟):
(Satu): Sahabat „Umar ibn al-Khaththab telah merintis
shalat Tarawih berjama‟ah di malam Ramadhan, dengan satu
Imam; yaitu Ubay ibn Ka‟ab; --yang merupakan pakar Qira‟ah di
kalangan sahabat Rasulullah--. Ubay ibn Ka‟ab melaksanakan
perintah „Umar untuk jadi Imam menunjukan bahwa beliau-pun
menyetujui rintisan „Umar ini, sekaligus memandangnya sebagai
perkara baik (bid‟ah hasanah) seperti pemahaman „Umar. Dan
„Umar menamakannya sebagai; “Sebaik-baik-nya bid‟ah”. Dan
mereka yang tidur di waktu tersebut untuk shalat di akhir malam
lebih utama. Sebagaimana hadits tentang ini dijelaskan panjang
141
lebar dalam kitab Shahih al-Bukhari dan lainnya.
(Dua): Sahabat „Umar ibn al-Khaththab juga orang yang
pertama kali merintis tambahaan redaksi adzan “ash-shalah khayrun
min an-naum” (maknanya; Shalat lebih baik dari tidur). Redaksi ini
disebut dengan at-tatswib. Al-Imam Malik ibn Anas dalam kitab al-
Muwaththa‟ meriwayatkan suatu ketika seorang mu‟adzin
mendatangi „Umar untuk adzan subuh. Ia mendapati „Umar
dalam keadaan tidur. Maka ia berkata: “ash-shalah khayrun min an-
naum”. „Umar kemudian memerintahkan agar kalimat tersebut
dikumandangkan dalam setiap adzan subuh setelah bacaan “hayya
„alal falah”.
140 َ Al-„Izz ibn Abdis-Salam, Qawa‟id al-Ahkam, j. 2, h. 172-174
141 َ Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, hadits nomor 2010.