Page 100 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 100

98  | Memahami Makna Bid‟ah

            aku ketahui dari para guru-guruku, dan inilah pendapat Ibnu Idris
                                               139
            (al-Imam asy-Syafi‟i) Rahimahullah”.
                    (Delapan     Belas):   Bid‟ah   keyakinan    golongan
            Qadiyaniyyah;  para  pengikut  Ghulam  Ahmad  al-Qadiyani,
            seorang  yang  mengaku  dirinya  sebagai  Nabi.  Kenabian  yang
            dimilikinya  ia  sebut  dengan  nubuwwah  zhilliyyah  (kenabian
            bayangan);  menurutnya  sebagai  penyempurna  bagi  Nabi-Nabi
            sebelumnya. Juga ia mengaku bahwa dirinya adalah Nabi „Isa yang
            dijanjikan akan turun di akhir zaman. Ghulam Ahmad menyuruh
            para pengikutnya untuk tunduk kepada pemerintah Inggris. Dan
            memang  dia  adalah  “racun”  yang  dimasukan  orang-orang  kafir
            para penjajah di kalangan umat umat Islam untuk memecah-belah
            mereka.  Akhir  kisah  nabi  palsu  ini  sangat  tragis.  Setelah  ia
            menantang para Ulama untuk mubahalah ia mendapatkan adzab
            dari Allah dengan sakit perut yang sangat parah. Dan belum satu
            tahun pasca mubahalah-nya nabi palsu ini telah masuk ke lubang
            kuburnya.

                    (Sembilan Belas):  Bid‟ah pengharaman terhadap dzikir
            dengan lafazh “Allah” saja. Bid‟ah ini “dijual” oleh Ibnu Taimiyah
            dalam bukunya ar-Radd „Ala al-Manthiqiyyin. Ia menganggap dzikir
            demikian itu sebagai bid‟ah sayyi-ah. Padahal, justru pendapat Ibnu
            Taimiyah inilah sebagai bid‟ah sayyi-ah, karena tidak pernah ada
            seorang-pun yang berpendapat semacam ini sebelumnya. Bahkan,
            juga tidak ada yang mengikutinya setelahnya, karena tidak laku
            dijual.
                    Di  antara  dalil  yang  membolehkan  berdzikir  dengan
            lafazh  “Allah”  saja  adalah  hadits  riwayat  Imam  Muslim  dan
            lainnya dari sahabat Anas ibn Malik, bahwa Rasulullah bersabda:




                   139   Al-Bayhaqi, al-I‟tiqad, h. 248.
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105