Page 31 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 31
Memahami Makna Bid‟ah | 29
(Tujuh): Salah seorang ahli fiqh terkemuka dalam
madzhab Hanafi; Syekh Muhammad Amin ibn „Umar, yang
populer dengan sebutan Ibnu Abidin (w 1252 H), dalam kitab
Hasyiyah Radd al-Muhtar, menuliskan sebagai berikut:
َؽرفلاَ لىأَ ىلعَ درللَ ةلدمأاَ بصنكَ ةبجاوَ ةعدبلاَ فوكتَ دقف
َثادحإكَةبودنموَ،ةنسلاوَباتكللَمهفق١اَوحنلاَمّ لعتوَ،ةلاضلا
َ،ؿومأاَ ردصلاَ قيَ نككَ لَ فاسحإَ لكوَ ،ةسردموَ طابرَ وى٨
َلكآق١اَ ذكذلبَ عسوتلاكَ ةحابموَ ،دجاسق١اَ ةفرخزكَ ةىوركمو
ػىاَ. بايثلاوَبراش ق١او
“Bid‟ah terkadang wajib, seperti menegakan dalil-dalil untuk
membantah orang-orang dari berbagai kelompok sesat,
mempelajari Ilmu Nahwu untuk memahami al-Qur‟an dan hadits.
Dan bid‟ah terkadang mandub (sunnah/ dianjurkan), seperti
mendirikan rubat (semacam pondok pesantren) dan madrasah,
serta membuat berbagai macam kebaikan yang belum ada di
masa-masa permulaan. Bid‟ah terkadang makruh, seperti melukis
hiasan (semacam kaligrafi atau lainnya) di masjid-masjid. Bid‟ah
juga terkadang mubah, seperti memperbanyak makanan-makanan
23
yang lezat, minuman-minuman, atau pada pakaian-pakaian”.
(Delapan): Al-Mufassir Syihabuddin Mahmud ibn
„Abdullah al-Husaini al-Alusi (w 1270 H) dalam kitab tafsir Ruh
al-Bayan Fi Tafsir al-Qur‟an menuliskan sebagai berikut:
َويفَنككَلَاذإَدلوق١اَلمعَملسوَويلعَللاَىلصَوميظعتَنمو
َراهظإَ انلَ بحتسك : َ " هرسَ سدقَ يطويسلاَ ـامهإاَ ؿاق ، َ ركنم
َيقتَـامهإاَ دنعَ عمتجاَ دقوَ ." َ ػىا . ـيبسلاَ ويلعَ هدلوق١َ ركشلا
23 َ Ibnu „Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar, j. 1, h. 376