Page 35 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 35
Memahami Makna Bid‟ah | 33
َىدحإَ ةنسَ فابعشَ قيَ كلذوَ ،يدينطلاَ نكدلاَ مو٧َ بستلمحا
َن مَ باوصلاوَ ،يطويسللَ لئاومأاَ قيَ اذكَ ةئامعبسوَ ،ذُعستو
ػىا َ. ةنسحَةعدبَانهأَؿاوقمأا
“Permulaan adanya tambahan dalam bacaan shalawat atas
Rasulullah setelah adzan di atas menara adalah di zaman Haji in al-
Asyraf Sya‟ban ibn al-Husain ibn Muhammad ibn Qalawun;
dengan rekomendasi/perintah seorang penegak hukum Syara‟ (al-
muhtasib) Najmuddin ath-Thunaydi. Yaitu pada bulan Sya‟ban
tahun 791. Demikian telah disebutkan oleh al-Hafizh as-Suyuthi
dalam kitab al-Awa-il. Dan dari beberapa pendapat; pendapat yang
26
benar adalah bahwa itu termasuk bid‟ah hasanah”.
(Sebelas): Seorang ahli fiqh madzhab Hanafi (al-Faqih al-
Hanafi); Syekh Abdul Ghani ibn Thalib al-Ghunaimi al-Hanafi (w
1298 H) dalam kitab al-Lubab Bi Syarh al-Kitab, --menyetujui
catatan Ibnu „Abidin-- menuliskan sebagai berikut:
َ،يلآاَدعوَروسلاَيماسأَةباتكبَسأبَىاَاذىَىلعوَ:ردلاَقيَؿاق
َػىا . َ ةنسحَةعدب َ يهفَ؛اىو ى٨وَفقولاَتاميبعو
“Berkata dalam kitab ad-Durr al-Muhtar: “Di atas pendapat ini
maka tidak mengapa menuliskan nama-nama surat al-Qur‟an,
bilangan ayat-ayatnya, tanda-tanda waqaf-nya, dan semacamnya.
27
Itu semua adalah bid‟ah hasanah”.
(Dua Belas): Syekh Syamsuddin Abu Abdillah
Muhammad ibn Muhammad ath-Tharabulsi al-Maghribi, populer
26 َ Ath-Thahthawi, Hasyiyah ath-Thathawi „Ala Maraqi al-Falah, j. 1, h.
103
27 َAl-Lubab Bi Syarh al-Kitab, j. 1, h. 684