Page 40 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 40
38 | Memahami Makna Bid‟ah
(Enam Belas): Al-Muhaddits al-„Allamah Abul Fadl
„Abdullah ibn ash-Shiddiq al-Ghumari (w 1413 H) dalam Itqan
ash-Shun‟ah menuliskan sebagai berikut:
َةدومم٤َلىإَةعدبلاَـاسقناَىلعَفوقفتمَءاملعلاَفأَقبسَاه٦َملعك
َفوقفتموَكلذبَقطنَنمَؿوأَونعَللاَىضرَرمعَفأوَةمومذمو
َـاعَ" ةليبضَةعدبَلك ؛ َ " ملسوَويلعَللاَىلصَبينلاَؿوقَفأَىلع
َـاصتعىااَبحاصَبيطاشلاَىاإَؽافتىااَاذىَنعَذشكَلوَصوصن٥
َفأبَؼجًعاَونكلَ،ةمومذمَةعدب َ فأَمعزوَ، ـاسقنىااَاذىَركنأَونإف
َةحلصق١اَليبقَنمَولعجوَ،ابدنَوأَابوجوَبولطمَوىَامَعدبلاَنم
َةبولطق١اَةعدبلاَفأَيأَ،ةيمستلاَلىإَعجركَيظفلَوفيبخفَ،ةلسرق١ا
ػىا .َةحلص م َىمستَلبَ،ةنسحَةعدبَىمستَىا
“Diketahui dari [penjelasan] terdahulu bahwa para Ulama telah
sepakat membagi bid‟ah kepada bid‟ah mahmudah (terpuji) dan
bid‟ah madzmumah (tercela), dan bahwa „Umar --semoga ridla Allah
senantiasa tercurah baginya-- adalah orang yang pertamakali
mengucapkan [pembagian] itu. Dan semua Ulama juga sepakat
bahwa sabda Rasulullah “Kullu bid‟ah dhalalah” adalah redaksi
umum yang dikhususkan („am makhshush). Dan tidak ada yang
berlaku ekstrim/menyempal/nyeleneh dari kesepakan para Ulama
ini kecuali asy-Syathibi, penulis kitab al-I‟tisham; yang mengingkari
pembagian tersebut. Akan tetapai asy-Syathibi mengakui bahwa di
antara perkara bid‟ah ada yang diperintahkan/dituntut baik secara
wajib atau sunnah. Ia menjadikannya dari bagian al-Mashlahah al-
Mursalah. Maka perbedaan asy-Syathibi ini adalah perbedaan
redaksi; kembali kepada masalah penamaan. Artinya; [menurut
asy-Syathibi] bahwa bid‟ah yang diperintahkan/dituntut tersebut