Page 41 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 41

Memahami Makna Bid‟ah | 39

            tidak  namakan  sebagai  bid‟ah,  tetapi  ia  dinamakan  dengan
                       33
            Mashlalah”.
                     (Tujuh  Belas) Al-Imam al-Hafizh Abu „Abdir-Rahman

            Abdullah ibn Muhammad ibn Yusuf al-Harari (w 1429 H) dalam
            kitab Sharih al-Bayan menuliskan:
                  َةفلاػػػخق١اَةثدحػػػمػلاَيىوَةليبضَةعدب َ ؛ذُمسقَلىإَمس ػػػ قنتَةعدبلاو

                  َفاءرػػػقللَةقفاوق١اَ ةثدحػمػػػلاَ يىوَ ىدىَ ةعدبوَ ،ةنػػػسلاوَ فاءرػػػػقلل
                                                         َ  َػىاَ.ةنػػػسلاو


            “Bid‟ah terbagi kepada dua bagian; bid‟ah dhalalah; yaitu perkara
            baru yang menyalahi bagi al-Qur‟an dan Sunnah. Dan bid‟ah huda;
            yaitu perkara baru yang sejalan bagi al-Qur‟an dan Sunnah”.
                                                                     34

            Catatan Penting Dari Catatan Ibnu Taimiyah

                    Bagi  mereka  yang  “getol”  menyuarakan  bahwa  semua
            bid‟ah  secara  mutlak  adalah  sesat,  --umumnya  pernyataan  ini
            didagangkan  oleh  orang-orang  pecinta  Ibnu  Taimiyah
            (Taimiyyun/Wahhabiyyah)-- berikut ini kita sodorkan  ke hadapan
            mereka catatan Ibnu Taimiyah sendiri yang telah membagi bid‟ah
            kepada dua bagian; bid‟ah hasanah dan bid‟ah sayyi‟ah.

                    (Satu): Dalam  kitab  berjudul  Majmu‟  al-Fatawa,  --yang

            juga sama persis dikutip oleh Ibnu Taimiyah dalam karyanya yang
            lain, berjudul Qa‟idah Jalilah Fi at-Tawassul Wa al-Wasilah--, Ibnu
            Taimiyah menuliskan sebagai berikut:





                   33 َ „Abdullah ibn ash-Shiddiq al-Ghumari, Itqan ash-Shun‟ah Fi Tahqiq
            Ma‟na al-Bid‟ah, h. 16
                   34 َ Abdullah al-Harari, Sharih al-Bayan, j. 1, h. 278
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46