Page 8 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 8
6 | Memahami Makna Bid‟ah
kekeliruan sedikitpun. Setiap apa yang disampaikan olehnya dari
ajaran-ajaran hingga hukum-hukum adalah kebenaran mutlak.
Dengan demikian metode yang dipergunakan oleh Rasulullah
dalam menyampaikan ajaran-ajarannya tersebut adalah juga
sebaik-baiknya metode. Itulah metode yang akan senantiasa sesuai
bagi setiap zaman dan tempat. Metode yang akan terus kekal
sampai kiamat sekekal ajaran-ajaran Rasulullah itu sendiri.
(Dua): Rasulullah menurunkan ajaran-ajaran Islam kepada
para sahabatnya, lalu para sahabat menurunkan itu semua kepada
orang-orang di bawah mereka dari kalangan Tabi‟in, kemudian
para Tabi‟in menurunkan itu semua kepada orang-orang di bawah
mereka dari kalangan Tabi‟i at-Tabi‟in, demikian seterusnya turun-
temurun antar generasi. Terkait dengan materi yang disampaikan
diriwayatkan dari sahabat Abullah ibn Umar bahwa beliau
berkata: “Ilmu-ilmu dalam Islam ini ada tiga, yaitu al-Qur‟an, al-Hadits,
dan perkataan “la adri” (aku tidak tahu). (HR. At-Thabarani).
Perkataan Abdullah ibn Umar ini memberikan penjelasan bagi
kita betapa besar kewajiban memegang teguh amanat syari‟at. Jika
dalam masalah dunia sesama kita dituntut untuk saling memegang
teguh amanat, maka tuntutan tersebut lebih besar lagi bila
menyangkut ajaran-ajaran dalam syari‟at ini.
(Tiga): Secara garis besar penyakit masyarakat kita dalam
masalah pengetahuan atau ilmu-ilmu agama di zaman modern ini
ada dua; tidak mau belajar dan salah belajar. (Pertama); tidak mau
belajar, tentu akibatnya fatal, ialah memelihara kebodohan. Dan
sesungguhnya kebodohan dalam urusan ilmu-ilmu agama yang
pokok tidak dimaafkan. Karena itulah ada banyak teks-teks al-
Qur‟an (QS. az-Zumar: 9, QS. al-Mujadilah: 11) dan hadist yang
menetapkan kewajiban belajar ilmu-ilmu agama (HR. al-Bayhaqi
dan lainnya). Yang dimaksud wajib dalam teks-teks tersebut
adalah mempelajari ilmu pokok-pokok agama (Dlaruruiyyat „Ilm ad-