Page 13 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 13
Memahami Makna Bid‟ah | 11
Sudah tentu para Imam Mujtahid yang empat ini memiliki
kapasitas keilmuan yang mumpuni hingga mereka memiliki
otoritas untuk mengambil intisari-intisari hukum yang tidak ada
penyebutannya secara sharih, baik di dalam al-Qur‟an maupun
dalam hadits-hadits Rasulullah. Bagi kita para Muqallid tidak ada
jalan lain kecuali mengikuti hasil ijtihad para imam Mujtahid
tersebut.
(Sebelas): Ada sebagian orang di masyarakat kita yang getol
menjual “pepesan kosong”. Mereka berkata: “Kami tidak butuh
kepada pendapat para ulama”, atau “Kami dapat memahami teks-teks
syari‟at sendiri”, atau: “Kami tidak membutuhkan madzhab”, atau:
“Madzhab kami hanya al-Qur‟an dan Sunnah”, atau kadang mereka
berkata: “Kita manusia dan mereka (para ulama) juga manusia, kita bisa
salah mereka-pun bisa salah”, atau: “Sumber kita murni; al-Qur‟an dan
Sunnah, kita tidak mengambil dari karya-karya para ulama (kitab
kuning)”. Bahkan ada yang lebih parah dari itu semua dengan
mengatakan bahwa Taqlid kepada para Imam madzhab adalah
5
perbuatan syirik.
Perkataan orang-orang semacam ini justru menegaskan
bahwa mereka tidak paham terhadap kandungan al-Qur‟an dan
Sunnah. Tegasnya, mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak
mau belajar dengan benar. Segala praktek ibadah dan keyakinan
orang-orang semacam ini patut dipertanyakan. Dari manakah
mereka memahami teks-teks Syari‟at? Siapakah yang telah
membawa teks-teks syari‟at tersebut hingga turun kepada mereka?
Apakah mereka merasa lebih paham terhadap ajaran agama ini
dibanding para ulama? Penulis khawatir, jangan-jangan mereka
5 Di antaranya seperti ditulis oleh salah seorang pemuka kaum
Wahabi, bernama al-Qanuji dalam karyanya berjudul ad-Din al-Khalish,
menuliskan: “Taqlid kepada salah satu dari empat madzhab adalah syirik
(kufur)”. Lihat j. 1, h. 140.