Page 17 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 17

Memahami Makna Bid‟ah | 15
                                                      ِ
                  َلكوأتلاَاذىَىَ لعوَ،) َ رم ُ  َ ر َ َ عو  ٍ َْ كبَةيأَي ِ َ دعبَ ن َ مَ نكذللابَ اودتقا (
                                                                ُ
                              َ
                                   َ
                  َؿوصأَفلاخَامَدكركَانمإَ)ةعدبَةثدم٤َلك(َرخلآا َ َ ثكدـٟاَلمي
                                                                   ُ
                                             َُْ
                                       ٌ
                                                          ُ
                                              َ  ػىاَ.ة سلا  َ ق َ ِ ِ َ فاوكَلوَةعكرشلا
                                                    ن
                                                    ُّ
            “Bid‟ah terbagi kepada dua macam; bid‟ah huda dan bid‟ah dhalal.
            Apa yang menyalahi perintah oleh Allah dan Rasul-Nya maka ia
            dalam lingkaran perkara yang dicela dan diinkari. Dan apa yang
            ada  di  bawah  keumuman  apa  yang  dianjurkan  oleh  Allah,
            diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya; maka ia berada ia dalam
            lingkaran  perkara  yang  dipuji.  Sesuatu  yang  tidak  ada  contoh
            sebelumnya dari semacam sifat berderma, memberi, dan berbuat
            baik  maka  dia  masuk  dalam  kategori  perbuatan  terpuji,  tidak
            boleh  dikatakan  itu  menyalahi  Syara‟.  Karena Rasulullah telah
            manjadikan  adanya  pahala  pada  perkara  demikian  itu.  Beliau
            bersabda: “Barangsiapa merintis perkara baru yang baik (yang tidak ada
            contoh sebelumnya) maka baginya pahala dari rintisannya tersebut, dan
            pahala orang yang beramal (mengikuti) dengannya”. Kemudian dalam
            keadaan sebaliknya Rasulullah bersabda: “Dan barangsiapa merintis
            perkara  baru  yang  buruk  (yang  tidak  ada  contoh  sebelumnya)  maka
            baginya  dosa  dari  rintisannya  tersebut,  dan  dosa  orang  yang  beramal
            (mengikuti) dengannya”. Perkara (yang terakhir) ini adalah apabila
            menyalahi apa yang diperintahkan oleh Allah, atau menyalahi apa
            yang  diperintahkan  oleh  Rasulullah.  Contoh macam ini adalah
            perkataan  „Umar  --semoga  ridha  Allah  selalu  tercurah  baginya--;
            “Sebaik-baik  bid‟ah  adalah ini (Shalat Tarawih)”. Karena adanya
            perkara  tersebut (shalat  Tarawih) termasuk dari perbuatan baik
            dan  perkara  terpuji;  „Umar  menamakannya  bid‟ah,  dan  beliau
            memujinya.  Rasulullah  sendiri  tidak  pernah  mengajarkannya
            kepada mereka. Rasulullah hanya shalat (di malam Ramadhan)
            hanya beberapa malam saja, lalu beliau meninggalkannya. Beliau
            tidak  memelihara  (melanggengkan)  shalat  tersebut,  juga  tidak
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22