Page 49 - Modul Sejarah Lokal Tokoh Perjuangan Lampung
P. 49

38






                        Ekpedisi selanjutnya dikirim pada 10 Agustus 1856 di Daerah Sikepal (Daerah Teluk

                        Tanjung Tua). Segera setelah pendaratan tentara bersama dengan peralatan berat pada

                        12 Agustus 1856 dikirimkan sebuah ultimatum terhadap Raden Intan II bahwa dalam
                        waktu lima hari harus menyerahkan diri kepada Belanda. Namun sebelum Raden Intan

                        II menyerahkan diri pihak Belanda sudah melakukan beberapa penyerangan terlebih
                        dahulu.  Usaha  lain  yang  dilakukan  Belanda  dalam  usaha  meredam  perlawan

                        masyarakat Lampung adalah melaui perundingan (Novita Mujiyati, 2016: 69).

                        Namun beberapa perundingan yang ditawarkan pihak Belanda tidak pernah ditanggapi

                        oleh  pembesar  Lampung.  Di  Tahun  1856  perlawanan  terus  terjadi,  Belanda  terus

                        berusaha  mendesak  Raden  Intan  II  dengan  peralatan  perang  yang  lebih  modern
                        dibandingkan dengan senjata yang dimiliki oleh masyarakat Lampung.


                        Dalam kondisi apapun selama perjuangannya, Raden Intan II tidak pernah menyerah
                        dan putus asa dengan keadaan. Raden Intan II memiliki prinsip bahwa lebih baik mati

                        daripada harus melihat tanah airnya dijajah. Hal tersebut benar-benar terjadi, sampai
                        detik  terahir  perjuangannya  Raden  Intan  II  tidak  pernah  menyerah  pada  penjajah.

                        Bahkan  kematiannya  disebabkan  oleh  penghianatan  dari  Raden  Ngerapat  yang

                        merupakan kepala kampung yang dipercayai oleh Raden Intan II. Penghianatan itu
                        dilakukan karena rasa dendam Raden Ngerapat terhadap Raden Intan II karena pernah

                        didenda. Penghianatan tersebut terjadi saat Raden Intan II memenuhi undangan Raden
                        Ngerapat  dan  sedang  menikmati  hidangan  yang  disediakannya.  Tentara  Belanda

                        melakukan penyerangan pada Raden Intan II berada dalam kondisi tidak siap perang,

                        namun Raden Intan II tidak menyerah begitu saja. Meskipun kondisinya terjepit Raden
                        Intan II tetap melakukan perlawanan sampai ahirnya harus gugur karena pertempuran

                        yang tidak seimbang pada tanggal 5 Oktober 1856 yang diperkirakan terjadi pada pukul
                        20.30 dan jenazahnya dibawa ke hadapan Kolonel Woleson (Novita Mujiyati, 2016:

                        70).
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54