Page 14 - Sejarah Peradaban Islam
P. 14

nyawanya,  yaitu  Galileo  dan  Leonardo Bruni. Dengan demikian,
                 sementara dunia Islam, dari abad ke-7 sampai abad ke-11 Masehi
                 menunjukkan kehebatannya dalam pencapaian ilmu, yakni ilmu agama
                 dan ilmu nonagama, abad ke-16 justru menyaksikan Kristen yang masih
                 dihinggapi konflik besar dengan ilmu. Logislah jika ilmuwan Islam abad
                 pertengahan mengkritik Kristen. Misalnya, Al-Mas'udi (wafat 956 M)
                                                                                    6
                 dalam kitabnya Muruj Az-Zahab menyayang-kan kebangkrutan filsafat
                 ilmu-ilmu lain setelah imperium Romawi memeluk agama Kristen.
                 Singkatnya, sejak dini Islam selalu menam-pakkan kedamaiannya
                 dengan ilmu pengetahuan. Sampai abad ke-11 M, tidak ada bukti bahwa
                 ombak pertama Hellenisme, the first wave of Hellenisme (meminjam istilah
                 Watt)  disambut dengan anta-gonisme dalam sejarah pemikiran Islam.
                      7
                 Dengan kata lain, munculnya dikotomi ilmu agama dan nonagama
                 adalah fenomena kemudian.   8


                 Akhirul Kalam

                 Menjadi pertanyaan sejarah, kapan Islam mencapai puncak kejayaannya?
                 Muslim nonsejarawan barangkali akan mengatakan bahwa puncak
                 peradaban Islam berada pada masa Nabi  dengan indikasi ayat
                 Alquran: Hari ini Aku sempurnakan Islam sebagai agamamu (QS. Al-Maidah
                 (5): 3). Message yang terkandung dalam ayat ini bukanlah kesempurnaan
                 peradaban dalam totalitas civilization in toto, melainkan religiousity atau
                 segi keagamaan fungsional.





                 6   Al-Mas'udi terkenal sebagai ahli sejarah, mendalami filsafat meskipun ia banyak mengkritik filsuf
                    Yunani, ia seorang musafir yang keliling dunia di abad ke sepuluh, yakni dari tanah kelahirannya Irak
                    ke Barat sampai ke Afrika dan ke Timur sampai ke India, bahkan ia sempat cerita soal negeri Cina dan
                    Indonesia. Tulisannya mencakup berbagai cabang ilmu. Hampir seratus karangannya sampai sekarang
                    dapat dibaca. Ia adalah salah satu figur intelektual muslim yang banyak dipuja oleh tokoh-tokoh pemikir
                    muslim, termasuk Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun menyanjungnya sebagai  pemikir muslim tulen (genuine),
                    yang padanannya langka dan dapat dihitung dengan jari.
                 7   Lihat kajian dan istilah yang digunakan Montgomery Watt, The Formative Period of Islamic Thought,
                    Edinburgh: 1973.
                 8   Untuk pembahasan lebih mendalam mengenai masalah ini, bisa dibaca dalam Abdurrahman Mas'ud,
                    M.A., Ph.D, Menggagas Format Pendidikan Non-Dikotomik, Yogyakarta: Gama Media, Cetakan 4,
                    2007.

                 xii     Sejarah  Peradaban  Islam
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19