Page 38 - Sejarah Pemikiran Islam
P. 38
khilafah, pengganti Nabi sebagai kepala negara atau pemerintahan, yang dalam
perkembangannya dari masa ke masa juga melahirkan bermacam- macam
pandangan di kalangan tokoh pemikir politik di dunia Islam.
Kenyataan Nabi tidak menunjuk sahabat tertentu yang kelak akan menjadi
pemimpin pemerintahan sepeninggal beliau, memaksa para tokoh umat
terlibat dalam pembicaraan serius tentang siapa dan golongan mana yang harus
melanjutkan kepemimpinan umat menggantikan Nabi. Pada pertemuaan
Saqifah Bani Sa’adah, pada hari kedua setelah Nabi wafat, dan melalui proses
musyawarah yang diliputi suasana tegang, akhir nya para wakil dari Muhajirin
dan Anshar sepakat memilih, Abu Bakar, sebagai pengganti atau khalifah Nabi
untuk memimpin negara Madinah. Selanjutnya, Abu Bakar digantikan oleh
Umar bin al-Khaththab, Umar digantikan oleh Utsman bin Affan, dan Utsman
digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. Mereka berempat inilah yang kemudian
terkenal dengan sebutan al-Khulafa ar-Rasyidun.
A. SEJARAH TIMBULNYA PERSOALAN KALAM
Pada masa pemerintahan dua khalifah pertama, Abu Bakar dan Umar, roda
pemerintahan berjalan dengan baik dan kehidupan politik dapat di katakan
cukup tenang. Namun, pada masa Khalifah Utsman keadaan mulai berubah
terutama pada paruh kedua dari 12 tahun masa pemerintahannya.
Secara pribadi, Khalifah Utsman bin Affan tidak berbeda dengan dua
khalifah pendahulunya. Namun sayang, keluarganya dari Bani Umayah terus
merongrong dan Utsman sendiri lemah menghadapi rongrong an serta ambisi
keluarga tersebut sehingga ia terpaksa memberikan ber bagai kedudukan
dan fasilitas kepada mereka. Utsman mengangkat mereka sebagai gubernur
2
di berbagai daerah kekuasaan Islam. Gubernur-gubernur yang sebelumnya
diangkat oleh Umar bin al-Khaththab, khalifah yang tidak pernah memikirkan
2 Abu al-Fath Muhammad Abdul Karim bin Abi Bakr Ahmad al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal,
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), hlm. 24.
2 Sejarah Pemikiran Islam

