Page 138 - 2B
P. 138

2B


                    Bara   menghembuskan    nafas,   matanya   tak   bosan
            memandang pensil itu, “Melalui pensil 2B ini, kita pun memiliki takdir
            yang sama.”
                    Aku memperhatikannya,  menunggu  lanjutan  yang  entah  itu
            sebuah filosofi atau bukan.
                    “Takdir kita sama-sama tidak lulus ujian nasional. Ya, benar!

            Tidak lulus, dan pensil 2b ini perantaranya.”
                    Bara berhenti sejenak. “Tapi Bit, takdir kita dilalui oleh dua
            jalan yang berbeda,” masih diputar-putarnya pensil itu dan kemudian
            wajahnya  kini  berubah  sendu,  “Kurasa,  kita  sama-sama  tahu  akan
            dua jalan berbeda itu.”
                    Kiasan yang bagus, aku bergumam dalam hati.
                    “Jalan yang sangat berbeda nyata. Oke, mungkin aku ingin

            mengatakan bahwa jalan itu adalah jalan yang baik dan buruk.”
                    Aku memilih diam, ketika Bara mulai mengatakan hal itu. ini
            membuatku  kembali  memutar  kaset  lama.  Lama  kami  kemudian
            berdiam  diri,  mungkin  sama-sama  larut  dalam  pikiran  masing-
            masing.
                    “Akan  kuberikan  pensil  ini  untukmu.”  Bara  berkata  lagi

            kemudian.
                    Aku  mengernyit,  menampakkan  kedua  alis  mataku  yang
            hampir bertemu.
                    “Aku  serius.  Kita  tak  akan  bertemu  lagi  setelah  paket  C
            terakhir ini. Jadi, kuberikan pensil ini padamu!”
                    Aku masih mempertahankan wajah setengah heran.
                    “Tak  bertemu?  Memang  apa  rencanamu  selanjutnya?

            Melanjutkan kuliah di kota lain?”

                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  137
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143