Page 16 - modul literasi keuangan dalam bisnis (delvia) fix bismilah
P. 16
KECERDASAN KEUANGAN DALAM BISNIS
A. Apakah Kecerdasan Finansial Bisa Dipelajari?
Apakah kecerdasan finansial lebih menyerupai bakat atau pembawaan sejak lahir?
Kecerdasan finansial bukanlah bakat. Kecerdasan finansial bisa dipelajari, bisa diasah,
disempurnakan, dipertajam terus-menerus. Jika tidak diasah terus, ia akan cepat usang.
Apakah kecerdasan finansial semata-mata hanya berfokus pada uang ? Tidak. Kecerdasan
finansial sesungguhnya berfokus pada manusia. It’s not about money, it’s about people. Fokus
pada Tujuan yang Jelas Sebelum menempa diri menjadi cerdas secara finansialkita harus
memiliki tujuan yang jelas. Berikut tujuan dari kecerdasan finansial (Cucinelli et al., 2019):
1) Ingin menikmati masa tua yang mudah, dan tidak membebani orang lain
2) Ingin bebas secara finansial. (Dalam arti : bisa memenuhi kebutuhan hidup normal
tanpa harus bekerja secara fisik).
3) Menjadi kaya. (Memiliki banyak aset yang produktif).
4) Bisa menolong orang lain
5) Ingin membahagiakan keluarga
Semua itu adalah contoh tujuan-tujuan yang jelas dan cukup spesifik. Yang perlu
dicatat, kecerdasan finansial adalah senjata yang akan merusak jika berada di tangan
orang yang salah. Tema finansial bukan semata-mata dunia rasional, melainkan normatif.
Kekayaan yang akan menjadi mulia kalau ditujukan untuk sesuatu yang positif bagi manusia.
1. Persepsi Mengenai Uang
Perbaharuilah persepsi mengenai uang. Uang bukan segalanya. Kita bekerja bukan
semata-mata demi mendapatkan uang tetapi kita bekerja untuk melayani sesama. Kita
bekerja, berpikir, bertindak, untuk kebaikan bersama. Uang adalah konsekuensi. Kalau
kita bekerja dengan baik, berdasarkan tujuan yang baik, maka hasilnya akan baik
pula. Uang bukan tujuan. Uang adalah sarana mencapai tujuan. Yang terpenting adalah
apakah kita memiliki Rp 1 miliar saat ini, melainkan apa yang kita akan lakukan dengan
uang Rp 1 miliar (kalau uang itu sudah benar-benar di tangan kita). 90% orang
merencanakan hal-hal konsumtif begitu mendapatkan Rp 1 miliar tunai. Mereka
berpikir tentang liburan mewah di eropa, naik kapal pesiar, mobil mewah, busana
rancangan desainer, pesta, dll. Jarang yang punya rencana untuk membagi dua
uang tersebut: separuh untuk beramal, dan sisanya sebagai modal kerja dan investasi
(Asaad, 2015).
2. Persepsi Mengenai Bekerja
Kita juga harus mengubah persepsi mengenai bekerja. Sekali lagi, bekerja jangan untuk
cari uang tetapi uang adalah konsekuensi. Bekerja adalah menciptakan nilai tambah yang
bermanfaat bagi semua pihak. Bagi diri sendiri, bekerja adalah belajar. Di mana pun
Seseorang bekerja, pasti ada sistem di mana uang diciptakan. Nah, pelajarilah sistem itu.
Jadi, kelak Seseorang bekerja tidak untuk mencari uang, tetapi menciptakan uang.
16

