Page 19 - modul literasi keuangan dalam bisnis (delvia) fix bismilah
P. 19

”virus”  yang menular ? Ruginya, sang pembicara tidak terfokus  pada  diri  Seseorang.
                       Ada  ratusan  peserta  seminar  lain.    Sang  ahli  hanya  mencoba  merumuskan  resep  yang
                       bersifat generik. Padahal, penerapan berbagai strategi finansial harus mempertimbangkan
                       karakter  khusus  masing-masing  orang.    Jadi  belum  tentu  apa  yang  dibicarakan    sang
                       pembicara  secara  berapi-api  itu  bisa  Seseorang  lakukan  secara  sempurna.  Kelemahan
                       lainnya,  tidak  semua  pakar  benar-beanr  mampu  menerapkan  teorinya  dalam  praktik.
                       Banyak  pakar  atau  pengamat  bisnis  yang  tak  becus  mengelola  perusahaan.  Banyak
                       pula  penasihat  finansial  yang hidupnya justru terbelit utang. Jadi, berhati-hatilah.
                   4)  Belajar dari Buku
                       Bisa juga belajar dari buku. Belakangan ini banyak buku beredar mengenai kecerdasan
                       finansial. Para penulis menyajikan berbagai resep, rumus, dan kiat praktis. Baik dengan
                       gaya bahasa simpel parktis dan mudah dicerna, sampai kalimat-kalimat akademis yang
                       sulit  dimengerti.  Dari  uraian  dengan  kosa  kata  sehari-hari  yang  gampang  dikunyah,
                       sampai rumus-rumus dan angka yang rumit seperti rumus bikin bom nuklir. Sepert halnya
                       ikut seminar atau training tentang pengelolaan kekayaan pribadi, belaajr dari buku juga
                       banyak kelemahannya.

               C. MEMILAH TUJUAN PRODUKTIF DAN KONSUMTIF
                        Kecerdasan keuangan mempelajari   perilaku   manusia   dalam   memenuhi   kebutuhan
                  hidupnya.   Pada   ahakikatnya,   kecerdasan keuangan mempelajari   tiga   hal,   yaitu   :
                  produksi,   konsumsi,   dan   distribusi (Finke et al., 2017; Worthington, 2016).   Aktivitas
                  distribusi dapat dikategorikan sebagai aktivitas produktif,  karena  distribusi menciptakan nilai
                  tambah  (value  added).  Ini  berarti,  pelaku  distribusi  adalah  aktor-aktor  bisnis  yang
                  menciptakan uang dengan cara creating value. Konsumsi adalah tindakan menghabiskan nilai
                  guna suatu barang.  Konsumsi  berarti  mengorbankan  sejumlah  uang  yang  tidak  akan
                  pernah  kembali. Dalam hal ini akan dijelaskan bagaimana prilaku produktif dan konsumtif,
                  maka dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

























                                                                                                           19
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24