Page 17 - modul literasi keuangan dalam bisnis (delvia) fix bismilah
P. 17
3. Antusiasme
Menjadi kaya dan bebas secara finansial merupakan perjalanan panjang tak kenal henti.
Ibarat seorang pelari marathon, kita memerlukan langkah-langkah konsisten dalam
jangka panjang. Tidak ada jalan pintas untuk menjadi kaya. Di sinilah antusiasme
berperan penting. Kita harus memelihara antusiasme tersebut dalam jangka panjang.
Jangan pernah kehilangan gairah. Hanya dengan rasa ketertarikan yang tinggi, rasa
ingin tahu yang begitu besar, Seseorang bisa menemukan suatu cara mengakumulasikan
aset yang efektif.
4. Kesenangan Belajar
Mengasah kecerdasan finansial membutuhkan kesenangan belajar terus-menerus.
Jagalah agar kesenangan itu tidak menguap. Selalu menggali hal-hal baru, cara baru,
mencari tahu tentang fenomena baru, adalah hal-hal yang bisa mengasah terus kecerdasan
kita. Teruslah berpikir mengenai cara berpikir. Dunia berubah, perilaku manusia juga
terus berubah. Kalau kita percaya bahwa kecerdasan finansial adalah sesuatu yang
menyangkut perilaku manusia, maka tidak ada ruang sedikit pun untuk mengistirahatkan
otak. Kecerdasan finansial bukanlah berapa aset yang telah Seseorang akumulasi
(Lusardi, 2015a). Melainkan seberapa canggih cara yang temukan, sistem yang
Seseorang bangun, dan pola berpikir yang diterapkan.
B. Di Mana Mengasah Kecerdasan Finansial?
Pendidikan skolastik dan profesional tidak mengajarkan kita cerdas secara finansial.
Kita belajar akunting disana. Namun kita disiapkan untuk jadi book-keeper bagi aset-
aset orang lain. Kita tidak belajar untuk mengembangbiakkan aset sendiri. Di sekolah,
kita belajar menjadi pegawai yang baik, taat, loyal, dan produktif. Di kampus, kita
dipersiapkan menjadi sekrup-sekrup dari mesin uap milik orang lain. Di berbagai kursus,
terang-terangan kita dialtih bekerja untuk orang lain. Tak satu pun yang mengajari kita
bebas secara finansial. Itulah kelemahan sistem pendidikan kita sekarang. Dalam kehidupan
nyata mungkin juga kita mempelajarinya secara empirik, dengan pengalaman konkret. Atau,
mungkin kita bisa memetik pelajaran dari pengalaman orang lain, entah pengalaman gagal
atau sukses (Hasan et al., 2021; Morgan et al., 2019).
1) Belajar dari Dunia
Nyata Banyak orang cerdas secara finansial setelah bertahun-tahun berkecimpung di alam
nyata. Mereka tahu nikmatnya passive income, lantas terus mencoba meningkatkan
aset produktif untuk memperbesar pipa saluran kekayaan. Mungkin awalnya tidak
sengaja, tetapi setelah berhasil menemukan polanya, mereka menjadi ketagihan.
Memang, tidak semua pengalaman itu manis. Ada pula yang harus lebih dulu jatuh
bangun dan babak belur, sebelum akhirnya bisa membalikkan kegagalan menjadi
kesuksesan (Potrich et al., 2016). Walaupun harus jatuh bangun terlebih dahulu, mereka
masih lebih mendingan dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya. Para pemilik
17

