Page 10 - MUHAYYI_SMA ISLAM NURUL AMANAH
P. 10
yaitu, masyarakat Indonesia mengetahui cara menanam tanaman komoditas ekspir dan
masuknya uang di pedesaan yang memicu meningkatkan pendapatan perkapita penduduk.
2. Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Hal ini terjadi dikarnakan ada desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan
perubahan nasib warga peibumi kearah yang lebih baik dengan mendorong pemerintah
belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Namun hal ini malah membuat masyarakat
semakin terpuruk terutama para kuli kontrak yang tidak diperlakukan dengan layak.
Pada masa penjajahan Inggris, Inggris menerapkan Landrent (pajak tanah). Dengan Landrent,
masyarakat Indonedia akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang
diimpor dari India.
Pada masa penjajahan militer Jepang menerapkan kebijakan pengerahan sumber daya
ekonomi untuk mendukung gerak maju Jepang dalam Perang Pasifik. Akibatknya terjadi
perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.
Kesejahteraan merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan
makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat
tempur menempati prioritas utama.
Masa Orde Lama
a. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Pada masa ini, ekonomi keuangan amat buruk karena inflasi yang disebabkan oleh beredarnya
mata uang lebih dari satu secara tidak terkendali. Pada Oktober 1946 pemerintah RI
mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu perdagangan luar negeri
mengakibatkan kekosongan kas negara.
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan,
seperti pinjaman nasional.
Hubungan dengan amerika, konferensi ekonomi, rancana lima tahunan(kasimo plan),
keikutsertaan swasta dalam pengembangan ekonomi nasional, Nasionalisasi de Javasche Bank
menjadi Bank Negara Indonesia, Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group), dan
Sistem Ekonomi Ali-Baba.
b. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih belum
mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Pada akhirnya hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia.