Page 8 - OBESITAS PADA REMAJA (1)
P. 8
Weni Kurdanti, dkk: Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja
disebabkan rasa malu karena merasa dirinya gemuk Dalam penelitian ini tidak adanya hubungan
sehingga menutupi informasi tentang makanan yang bermakna antara asupan protein dan obesitas disebabkan
dikonsumsi (8). oleh jumlah sampel yang memiliki asupan cukup jauh
Kelompok remaja non-obesitas memiliki kebiasaan lebih banyak dibandingkan sampel yang memiliki asupan
makan yang sama dengan kelompok obesitas yaitu protein lebih. Banyaknya sampel non-obesitas yang
mengonsumsi makanan sumber energi tinggi seperti memiliki asupan protein yang termasuk dalam kategori
nasi sebanyak 3 kali sehari dan ada juga remaja yang lebih disebabkan oleh banyaknya asupan protein dari
hanya mengkonsumsi nasi 2 kali sehari, konsumsi dari sumber protein nabati dan hewani seperti protein nabati
mie bihun, nasi merah, kentang, singkong, ketela juga yaitu tempe dan tahu dikonsumsi remaja sebanyak 2-3
sangat tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, remaja potong setiap harinya. Berdasarkan hasil wawancara,
yang memilki asupan energi cukup, rata-rata tidak remaja obesitas rata-rata mengkonsumsi sumber protein
mengkonsumsi makanan kudapan dari makanan cepat seperti tempe kedelai sebanyak 2-3x setiap hari, tahu
saji. Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi kedelai sebanyak 2x setiap hari, ayam 2x setiap hari,
makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan telur ayam ras 1x setiap hari, ikan segar, abon, daging
energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, sapi, susu, dan keju.
terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Ada beberapa Remaja di Amerika Serikat menerima asupan
faktor penting yang menyumbang kejadian obesitas protein lebih tinggi dari kebutuhan sehari yang
pada anak remaja yaitu terutama kebiasaan makan yang direkomendasikan sehingga jarang mendapatkan bukti-
berlebih tanpa memperhatikan asupan zat gizi yang bukti tanda kekurangan protein di negara tersebut.
dikonsumsi terlebih pada asupan energy (9). Kelebihan asupan protein dapat mengakibatkan kelebihan
Siswa yang mempunyai asupan berlebih berat badan atau sampai obesitas. Kelompok usia remaja
mempunyai kemungkinan untuk obesitas 6,9 kali lebih sangat disibukkan dengan berbagai macam aktivitas fisik.
tinggi daripada siswa dengan asupan energi baik (10) Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut, kebutuhan
kalori, protein, dan mikronutrien pada kelompok usia ini
Asupan protein perlu diutamakan (12).
Asupan protein yang lebih pada kelompok non-
obesitas ditemukan lebih tinggi dibandingkan kelompok Asupan lemak
obesitas. Hasil analisis menunjukkan asupan protein Asupan lemak yang lebih ditemukan lebih banyak
bukan merupakan faktor risiko terjadinya obesitas. pada kelompok obesitas dibandingkan kelompok
Asupan protein merupakan faktor protektif, disini asupan tidak obesitas. Hasil penelitian tentang asupan lemak
protein digunakan sebagai energi. Hal ini disebabkan menunjukkan bahwa tingginya konsumsi lemak
asupan lemak dan karbohidrat tidak cukup sehingga disebagian besar sampel penelitian mengkonsumsi
memecah protein. Apabila tubuh kekurangan zat energi, makanan tinggi lemak seperti gorengan yaitu tempe
fungsi protein untuk menghasilkan energi atau untuk mendoan, tahu goreng, lumpia, risoles, martabak, telur
membentuk glukosa akan didahulukan. Bila glukosa dadar dan biasanya makanan yang digoreng tersebut
atau asam lemak didalam tubuh terbatas, sel terpaksa tinggi protein. Dengan demikian makanan yang digoreng
menggunakan protein untuk membentuk glukosa dan memiliki kontribusi yang besar dalam asupan lemak tiap
energi (11) Almatsier juga menjelaskan bahwa dalam harinya.
keadaan berlebihan, protein akan mengalami deaminase. Hampir sepertiga anak Amerika usia 4-19 tahun
Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan mengkonsumsi lemak setiap hari yang mengakibatkan
karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan di penambahan berat badan 3 kg per tahun. Namun, masalah
dalam tubuh. Dengan demikian, konsumai protein secara obesitas sesungguhnya bukan terletak pada pola santap
berlebihan juga dapat menyebabkan kegemukan dan yang berlebihan, melainkan pada kesalahan memilih
obesitas. jenis santapan. Pada anak remaja, kudapan berkontribusi
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No. 4, April 2015 • 185