Page 3 - CERPEN TITIN - SEPATU UNTUK ANA
P. 3
"Kenapa hidup harus sesulit ini untuk sekadar sekolah,
Tuhan? Bukankah aku hanya ingin belajar, bukan meminta
lebih?"
Suara tumisan dari dapur membuyarkan lamunannya. Ibu
sedang memasak daun singkong dan tempe goreng sisa
semalam.
"Ana... kamu belum siap-siap?" tanya Ibu, menyeka
keringat dari pelipis dengan ujung kerudung lusuhnya.
Ana tak menjawab. Hanya menggeleng pelan.
Ibu memandangi sepatu itu, lalu
menatap anak gadisnya.
Pandangannya sendu. Ia tahu,
sepatu itu sudah tidak layak pakai.
Tapi apalah daya. Hasil berjualan
sayur keliling bahkan belum cukup
untuk membayar tunggakan listrik,
apalagi membeli sepatu baru.
Ibu pun duduk di samping Ana.

