Page 4 - CERPEN TITIN - SEPATU UNTUK ANA
P. 4
"Maaf, Nak. Kalau saja Ayahmu masih ada, mungkin
semua ini tak seberat sekarang..."
Ana memeluk ibunya erat-erat.
“Tidak apa, Bu. Ana bisa jalan kaki pakai sandal. Nanti di
depan sekolah, Ana bisa lepas, taruh di semak-semak, biar
guru nggak tahu…”
Mata Ibu berkaca-kaca.
Hari itu, Ana kembali ikut Ibu
berkeliling menjajakan sayur
dari kampung ke kampung.
Sinar matahari mulai
meninggi, dan peluh
mengucur di kening
keduanya. Di tengah jalan, mereka bertemu dua sahabat
Ana, Sahla dan Alya, yang baru pulang sekolah.
“Hei, Ana!” sapa Sahla riang.

