Page 5 - CERPEN TITIN - SEPATU UNTUK ANA
P. 5
“Kok kamu belum masuk sekolah juga? Udah seminggu,
lho,” tambah Alya.
Ana menunduk.
“Sepatuku… rusak. Malu… nanti diejek teman-teman…”
Sahla dan Alya saling pandang. Mereka tidak tertawa, tidak
juga bertanya lagi. Hanya diam, lalu Sahla menggenggam
tangan Ana.
“Nanti ya, Ana. Tunggu kami besok.”
Malam itu, Ana mencoba
mengerjakan PR dari buku yang
dipinjamnya diam-diam dari
perpustakaan sekolah minggu
lalu. Ibu duduk di dekat lampu
minyak, menjahit baju tetangga
untuk tambahan uang belanja. Tiba-tiba, terdengar ketukan
di pintu.
Tok… tok… tok…

