Page 44 - BUKU ANTOLOGI CERPEN 18 CERITA MENGGUGAH HATI-ok
P. 44

34





               berkata,  “Sekarang  kita  udah  kumpul,  ceritalah  kenapa  kok  ada
               yang beda di antara kita.” Kami pun hanya terdiam. “Loh, kenapa,

               orang  gak  ada  apa-apa  kok,”  sahut  si  Syafira.  Dengan  jantung
               yang berdebar dan air mata yang tak sangup dibendung, akhirnya

               aku  berkata  “Kenapa  kamu  diamin  aku  di  kelas,  sedangkan
               mereka  semua  kamu  tegur,  kenapa  hanya  aku  yang  kamu

               diamin?”    Syafira  hanya  menjawab,  “Gak  papa,  biasa  aja”.  Air
               mataku  terus  berjatuhan  dan  tak  sanggup  aku  berada  di  tempat
               itu,  aku  pun  langsung  pergi  meninggalkan  mereka  bertujuh

               dengan  keadaan  menangis.  Dilla  mengejarku  dan  memanggilku,

               “Ra…Ra…Ra…!”  Aku  tak  menolehnya  sedikit  pun.  Aku  sangat
               sedih pada saat itu. Akhirnya aku pulang.
                      Di  dalam  angkot  dengan  keadaan  mata  bengkak,  hidung

               merah,  dan  air  mata  yang  masih  keluar,  aku  pun  menggunakan
               masker  untuk  menutupi  hidung  dan  mulutku.  Dilla  mengikutiku

               sampai kami naik angkot bersama. Ketika turun, Dilla menyapaku,
               namun  aku  hanya  diam  dan  langsung  menyeberang  menuju

               kosku.  Akhirnya  Dilla  pun  pergi  ke  rumah  temannya  untuk
               mengerjakan tugas.

                      Sesampainya  di  kos,  air  mataku  masih  mengalir  dan  aku
               merasa  sedih  yang  luar  biasa.  Singkat  cerita,  Sabtu  malam  aku

               memberanikan  diri  untuk  mengambil  handphone  dan  mengirim
               pesan kembali kepada Syafira, “Syafira, aku minta maf kalau aku

               ada  salah,  aku  gak  sanggup  kamu  diamin  terus.  Kalau  ada
               salahku,  aku  minta  maaf  Syafira.”  Kataku  dalam  pesan  singkat

               yang  kukirim  padanya.  Tak  lama  kemudian,  Syafira  membalas
               pesan  ku.  “Aku menunggu  kamu mengirim  pesan  dari  semalam,

               maafin  aku  juga  ya,  Ra”.  Seketika  itu,  air  mataku  kembali  jatuh.

               Antologi Cerpen Inspiratif “18 Cerita Menggugah”                                                34
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49