Page 46 - BUKU ANTOLOGI CERPEN 18 CERITA MENGGUGAH HATI-ok
P. 46
36
sangat aneh, aku dan Zahra tak mengerti dengan bahasa daerah
Syfira. Kami hanya terdiam sambil menggeleng kepala karena tak
tahu apa yang dikatakan karena mereka menggunakan bahasa
daerah mereka. Namun kami tetap menikmati suasana di
kampung Syafira. Malam itu, Syafira mengajakku dan Zahra
melihat pertunjukkan di balai desa yang biasa mereka
menyebutnya dengan “jambur”. Ciri khas penampilan tari-tarian
membuat aku dan Zahra kagum.
Dua hari telah berlalu, kami pun pulang menuju kampung
masing-masing. Panorama perjalanan yang menyejukkan mata
dan keindahan alam bagai hiasan dunia yang sungguh luar biasa.
Perjalanan yang tak pernah terlupakan.
Perkuliahan telah berakhir, setelah UAS aku tak berjumpa
dengan Syafira untuk beberapa bulan. Namun, kami masih tetap
saling mengirim pesan melalui WA untuk menanyakan kabar dan
bagaimana dengan liburan yang dijalani.
Dua bulan telah berlalu, akhirnya aktivitas kampus kembali
dijalani. Sungguh rindu yang luar biasa setelah lama tidak
berjumpa. Hari pertama perkuliahan semua orang menyapa dan
menyalam teman mereka masing-masing termasuk aku. Kusapa
semua teman satu kelas dan khusus Syafira, kusalam sambil
kupeluk dan kubisikkan ke telinganya, “Apa kabar, aku rindu”.
Akhirnya, kami pun masuk ke dalam kelas untuk mengikuti
pembelajaran baru dengan suasana baru, namun tidak sahabat
baru.
Hari-hari dijalani bersama dengan penuh bahagia. “Syafira,
hari ini kamu mau kemana?”, tanyaku sebelum kelas perkuliahan
berakhir. “Hari ini aku pergi ke rumah nenekku” jawab Syafira.
Antologi Cerpen Inspiratif “18 Cerita Menggugah” 36

