Page 12 - Artikel 15 Gabung Jadi Ebook
P. 12
Gg. Pelesiran, dari Cihampelas bawah kita bisa masuk melalui Gg. Bongkaran. Dari arah
Tamansari bisa masuk melalui Kebon Bibit, dari sini harus melewati jembatan yang membentang
dari atas Sungai Cikapundung. Masuk melalui pintu gerbang Cimaungnya juga bisa. Setelah kita
telusuri Jalan Cihampelas dari atas (Ciumbuleuit), kemudian berhenti di sebelah kiri Jalan
Cihampelas, ada tulisan Kampung Cimaung atau Gg, Cimaung. Karena lokasi Cimaung itu ada
di bawah (legok kata orang Sunda) dari pintu masuk Cimaung kita harus menapaki tangga batu
yang cukup lebar, dan aku sering menghitungnya dulu terdapat 100 anak tangga. Orang Cimaung
menyebutnya tanjakan atum. Kalau sekarang aku menapaki tanjakan atum dari Cimaung
barangkali sudah tidak sanggup lagi, pasti sesek nafas. Berbeda dengan dulu waktu aku kecil,
menapaki tangga bolak-balik tidak jadi masalah. Tangga yang unik, sampai detik ini saya belum
pernah menemukan anak tangga yang seperti itu. Tangga yang menjadikan aku rindu Cimaung.
Setelah selesai menapaki akhir tangga ke-100, tibalah kita ke lokasi RT 02. Masih harus berjalan
kaki lagi untuk sampai ke rumahku karena rumahku ada di RT 06. Terus berjalan ke rumahku.
Sampai di RT 06, tempat tinggalku. RT 06 sebagian berada di pinggir kali, Kali Cikapundung.
Jarak rumahku ke Cikapundung ada 20 meter. Tapi sungguh ajaib hanya dua kali kebanjiran
selama tinggal di situ. Airnya masih jernih, sering dipakai berenang, ataupun mencuci baju,
pernah dipakai olah raga arung jeram oleh sebuah komunitas.
Kali Cikapundung yang penuh kenangan bagi penduduk di pinggirannya. Apa saja kenangan
bersama Cikapundung, kita lanjutkan di bagian II.