Page 7 - ikat ilmu dengan menulisnya
P. 7

7

    publik.  Contohnya  di  Jakarta  ini  nyaris  di  semua
    masjid  selalu  ada  pengajian.  Umumnya  mereka
    butuh nara sumber yang jelas punya latar belakang
    keilmuan yang mumpuni.

        Namun banyak teman saya yang ilmunya sangat
    mumpuni, tetap tidak mau dan tidak berminat untuk
    menyampaikan ilmunya. Mereak banyak yang pada
    tiarap  sambil  menguburkan  kepalanya  di  bawah
    tanah,  mirip  dengan  burung  unta  ketakutan

    datangnya badai.
    Menuliskan Ilmu

        Kalau sudah sampai disitu, lalu bagaimana cara
    mereka mengikat ilmu yang sudah mereka pelajari

    selama ini?
        Jawabannya adalah dengan cara menuliskannya.

    Ya,  ini  cara  kedua  yang  sering  dipandang  sebelah
    mata.  Padahal  ketimbang  diminta  berceramah  di
    depan publik, menuliskan ilmu yang pernah dipelajari
    justru sudah terbukti pernah dan bisa dikerjakan oleh
    semau mahasiswa kita.

        Bukankah      tiap    semester      mereka      harus
    menghadapi  imtihan,  ujian  semester,  atau  mid-
    semester?  Bukankah  kelulusannya  ditentukan  oleh
    apa yang  kita tulis di lembar jawaban? Kalau  yang
    ditulis itu benar, atau lebih banyak benarnya, dapat

    nilai baik. Sebaliknya, kalau yang ditulis itu keliru atau
    banyak salahnya, nilainya jadi kurang.

        Namun lepas dari nilainya baik atau kurang, tetap
    saja  semua  mahasiswa  itu  pasti  pernah  MENULIS
    jawaban  ujian.  Tentu  apa  yang  ditulis  di  lembar
    jawaban itu bukan hanya sebaris dua baris kalimat,
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12