Page 7 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 7

Lolotabang dan Biuqbiuq





                    Lolotabang  menggigil.  Bukan  karena  hawa   dingin
            yang  menghembus  tubuhnya,  melainkan  karena  pandangan
            menusuk lelaki kekar itu. Pandangannya seolah hendak menguliti
            Lolotabang  hingga  ke tulang-tulangnya.  Wajah  cantik  gadis
            itu  menjadi pucat  dicekam rasa takut. Dengan  tergesa-gesa ia
            merapikan tenunannya dan masuk ke dalam rumah. Ditutupnya
            pintu rapat-rapat.


                    Ia  mengintip  dari sudut  jendela.  Sosok tinggi  besar di
            atas  punggung  kuda  itu  masih mengarahkan  pandangannya  ke
            rumah. Namun, tak  lama  kemudian sosok  berkuda itu berbalik
            meninggalkan rumah Lolotabang.

                    Gadis  cantik  itu menghembuskan napas lega. Pias  di
            wajahnya masih belum surut ketika adiknya tiba-tiba muncul dari
            dapur.

                    “Kak,  ada apa?”  tanya  Biuqbiuq heran.  Ia  memandang
            kakaknya dengan cemas.


                    Lolotabang  balas  memandang  adiknya.  Bibirnya  sedikit
            bergetar.

                    “Tadi ... Tuan Bangsawan ...,” Lolotabang berkata terbata-
            bata.

                    “Tuan Bangsawan? Benarkah, Kak?”


                    “Iya, Dik. Tuan Bangsawan lewat di  depan rumah kita
            ketika aku sedang menenun. Lalu ...”

                    Biuqbiuq  menunggu.  Wajahnya diliputi  kecemasan yang

                                          1
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12