Page 12 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 12
dua tungkai kaki terbalut sepatu sutra berwarna emas dan kain
berwarna senada melangkah ke luar dari dalam kereta. Kemudian
disusul sosok Tuan Bangsawan dengan bahu yang sangat luas
serta kepala besar yang seolah menempel erat di lehernya yang
kokoh. Langkah-langkahnya tegap dan mantap, menunjukkan
rasa percaya diri dan kekuasaan yang kuat. Para pengawal yang
mengiringinya berdiri di belakangnya dengan kepala tertunduk.
Mereka siap menerima semua titah dan perintah tuannya.
Tuan Bangsawan tersenyum kaku pada Lolotabang. Gadis
itu segera menundukkan kepala. Jemarinya yang lentik meremas-
remas kain tenunannya penuh rasa cemas.
“Aku kemari hendak memberikan kabar gembira untuk
kalian,” kata Tuan Bangsawan. Suaranya berat dan dalam.
Biuqbiuq diam, menunggu. Kabar gembira bagi Tuan
Bangsawan adalah kabar buruk bagi mereka berdua. Entah
mengapa Biuqbiuq dapat mengendus niat jahat di balik kata-kata
manis sang hartawan itu.
“Aku akan menyulap rumah bobrok kalian menjadi istana
terindah di kampung ini.”
Mendengar Tuan Bangsawan mencemooh harta
peninggalan orangtuanya, Biuqbiuq merasakan darah dengan
cepat mengalir ke kepalanya. Ia marah, sangat marah.
“Lalu aku akan membelikanmu, Biuqbiuq, pakaian yang
indah-indah sebagai pengganti bajumu yang gembel itu,” lanjut
Tuan Bangsawan.
6