Page 15 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 15

Ia berbalik, memandang kakaknya lekat-lekat.


                    “Kakak,  apakah Kakak  bersedia  menjadi istri  Tuan
            Bangsawan?”

                    Lolotabang menatap adiknya. Air mata mulai membanjiri
            wajah jelitanya.


                    “Kakak bersedia atau tidak?” desak Biuqbiuq.

                    Sang kakak memandang Tuan Bangsawan sekilas, sempat
            tertangkap  olehnya kilatan  ancaman  di mata  laki-laki  itu.  Ia
            menunduk, lalu perlahan-lahan mendongakkan kepala.

                    “Aku ... aku ... tidak bersedia ....”


                    “Nah, Tuan sudah mendengar sendiri!” sambar Biuqbiuq.
            “Kakak  saya tidak  mau  menikah dengan  Tuan,  jadi harap  Tuan
            mencari wanita lain!”

                    Mendengar ucapan  ketus Biuqbiuq,  Tuan  Bangsawan
            merasa harga dirinya jatuh  di hadapan  para pengawalnya.
            Ia menjadi murka melihat keberanian  gadis  kecil gembel itu
            menentang  keinginannya. Wajahnya merah padam di  balik
            cambangnya yang lebat. Para pengawalnya mulai gelisah.

                    “Hei, jangan  kurang  ajar  di hadapan  Tuan  Bangsawan!”

            hardik salah seorang pengawal kepada Biuqbiuq. Ia merasa geram
            pada gadis kecil itu.

                    Beberapa orang tetangga yang mendengar keributan itu
            mulai  muncul satu-satu.  Mereka berbisik-bisik satu sama lain,
            tetapi tidak berani melihat dari dekat.


                                          9
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20