Page 20 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 20
Lalu ia menimba air sumur, mengisi periuk itu penuh-
penuh dan segera membawanya ke halaman rumah.
“Kau pikir ini penuh? Ini baru setengahnya!” Tuan
Bangsawan mencemoohnya.
Benar saja. Dua lubang kecil di dasar periuk membuat air
di dalam periuk berceceran ke luar sepanjang perjalanannya dari
sumur di belakang rumah hingga ke halaman depan. Biuqbiuq
langsung berlari kembali ke sumur untuk menambah isi periuk
itu. Setelah dirasa penuh, ia membawanya ke hadapan Tuan
Bangsawan. Akan tetapi, air di periuk menyusut lagi sebelum ia
sempat mencapai halaman rumah. Ia berbalik ke sumur, ini adalah
kesempatan terakhirnya. Kali ini ia berusaha mengisi periuk itu
pelan-pelan sambil menutupi celah pada dasar periuk dengan
jari-jarinya. Kemudian ia membawa periuk itu dengan hati-hati ke
halaman rumah.
Akan tetapi, Tuan Bangsawan sudah tidak ada, begitu juga
dengan para pengawal, kereta kuda, dan ... Lolotabang!
Jantung Biuqbiuq seolah meloncat keluar dari dadanya.
“Kakaak! Kak Lolotabaang!” teriak Biuqbiuq panik sambil
berlari ke sana-kemari seperti orang kesurupan. Beberapa
tetangga yang tadi hanya memperhatikan dari jauh kini mendekati
Biuqbiuq.
“Kakakmu dibawa kabur oleh Tuan Bangsawan!” kata
salah seorang dari mereka.
“Apa? Dibawa kabur?” jerit Biuqbiuq.
14