Page 22 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 22
Biuqbiuq terduduk lemas di tanah, rasanya ia hampir
pingsan. Para tetangga segera memapahnya ke dalam rumah
dan mengurusnya. Ia dibaringkan di atas ranjang, tubuh dan
hidungnya dibaluri minyak kayu putih oleh seorang ibu agar ia
merasa nyaman. Lalu seorang wanita yang lain menjerang air
untuk membuat minuman hangat.
Biuqbiuq menutup wajah dengan kedua tangannya.
Perasaannya galau. Marah, takut, dan sedih bercampur aduk
menjadi satu. Tuan Bangsawan telah berbuat curang. Ia masih
memiliki satu kesempatan lagi tetapi lelaki itu telah membawa
lari kakaknya. Mungkin ia takut Biuqbiuq akan berhasil melalui
tantangan itu.
Gadis belasan tahun itu geram. Tanpa sadar ia mengepalkan
tinju dan memukulkannya ke dinding rumah. Nenek tua yang
menemaninya menjadi terkejut.
“Cucuku, ada apa?” tanyanya.
Biuqbiuq menatap perempuan tua itu. Si nenek bergidik
melihat nyala amarah di kedua mata sang gadis. Ia dapat
memaklumi kemurkaan Biuqbiuq yang telah dicurangi oleh Tuan
Bangsawan.
“Aku akan menyusul Kak Lolotabang ke istana Tuan
Bangsawan!” ucap Biuqbiuq dengan bibir bergetar.
Para wanita yang berada di ruangan itu menjadi
terperangah.
16