Page 27 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 27
Ia duduk di atas tanah dengan kedua kaki terjulur.
Dibukanya bekal makanan yang dibawanya sambil pikirannya
mengembara kepada kakaknya. Ketika ia tengah beristirahat,
sayup-sayup terdengar suara isak tangis yang berasal dari istana
itu. Ia segera memasang telinga tajam-tajam dan mengenali suara
itu adalah suara Lolotabang. Ia langsung berdiri dan melayangkan
pandang ke arah istana.
“Kakak!” pekik Biuqbiuq tertahan. Kini ia menjadi cemas.
Mengapa kakaknya menangis? Apakah Tuan Bangsawan tengah
menyiksanya?
Berbagai pikiran buruk segera menyergap gadis itu hingga
ia tak tahan untuk keluar dari persembunyiannya. Ia segera berlari
menuju gerbang istana. Para pengawal yang melihat kedatangan
seseorang yang tiba-tiba itu segera bersiap untuk menangkapnya.
Akan tetapi Biuqbiuq tidak gentar sedikit pun. Ia sengaja berteriak-
teriak memanggil nama Lolotabang untuk menarik perhatian si
pemilik istana.
“Kak Lolotabaaang! Aku Biuqbiuq, Kaaaak!”
Dua orang pengawal segera memegang kedua tangannya.
“Berhenti! Berani benar kau membuat keributan di sini!”
kata salah seorang pengawal. Ia menjepit tangan Biuqbiuq dengan
mudahnya. Tetapi gadis kecil itu meronta sambil terus berteriak-
teriak.
“Kakaaaak! Kakaaak!”
21