Page 32 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 32

“Kakak!” sahutnya sambil berbisik pelan. Lantai di atasnya
            sedikit bergetar. Rupanya Lolotabang sedang berusaha mengira-
            ngira posisi adiknya itu. Karena kedua tangannya terikat, Biuqbiuq
            tidak  dapat  mengetuk  lantai. Ia  lalu  memukul  lantai  kayu itu
            dengan kepalanya sehingga Lolotabang dapat menemukannya.


                    Kedua kakak-beradik  itu  menangis gembira  bercampur
            sedih.

                    “Adikku, kau pasti haus dan lapar. Aku akan menjatuhkan
            makanan dari sini. Bukalah mulutmu, Dik,” kata Lolotabang. Lalu
            ia  menjatuhkan  beberapa  butir  nasi melalui  celah-celah  lantai.
            Biuqbiuq  membuka mulutnya dan segera menangkap makanan
            itu.


                    “Terima kasih, Kak.  Bagaimana  Kakak  bisa  menemukan
            aku?”

                    Lolotabang menjatuhkan air minum. Biuqbiuq membuka
            mulutnya lagi.

                    “Aku tahu kau disekap di kolong istana, jadi aku menelusuri
            setiap lantai  istana  secara diam-diam. Aku mendengar kau
            memanggil namaku berulang-ulang,” jelas Lolotabang.


                    “Aku pasti telah memanggilmu dalam tidurku, Kak.”

                    Keduanya terdiam, larut  dalam  jalan  pikiran masing-
            masing. Tiba-tiba  Biuqbiuq bertanya, “Kak,  apakah Kakak yang
            telah menjatuhkan beras sepanjang  perjalanan  menuju  istana
            ini?”

                                         26
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37