Page 33 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 33
“Benar. Aku tahu kau pasti mencariku. Jadi aku
menjatuhkan beras yang kebetulan ada di dalam kereta kuda
sebagai petunjuk jalan untukmu.”
Biuqbiuq tersenyum mendengar kecerdikan kakaknya
itu. Mereka mengobrol tak henti-henti seolah ingin melepaskan
rasa rindu yang terhalang lantai papan istana itu. Tak terasa pagi
mulai menjelang. Keduanya tertidur pulas di tempatnya masing-
masing; Biuqbiuq di bawah kolong istana, Lolotabang di atas lantai
kamarnya. Pengawal mengintip ke bawah kolong, tawanannya
masih berada di sana, tengah tertidur nyenyak. Ketika ia kembali
pada malam hari, tawanannya itu masih tertidur. Ia heran,
sepertinya gadis itu tidak terbangun karena merasa kelaparan
atau kehausan sedikit pun. Padahal Tuan Bangsawan telah
memerintahkan siapa pun untuk tidak memberi makan tawanan
itu. Akan tetapi, gadis itu tetap kelihatan segar bugar. Pengawal
itu sama sekali tidak tahu bahwa Biuqbiuq telah diberi makan dan
minum oleh kakaknya lewat celah lantai kamarnya.
Saat malam tiba, kakak-beradik itu bercakap-cakap
sepuasnya dengan cara berbisik-bisik. Lolotabang merasa begitu
sedih karena ia tetap tidak diizinkan bertemu adiknya. Meskipun
demikian, ia tak pernah berhenti memohon kepada calon suaminya
agar dapat menemui Biuqbiuq.
“Tuan, mengapa Tuan sangat tidak menyukai Biuqbiuq?
Jika Tuan mencintai saya, seharusnya Tuan juga mau menyayangi
adik saya. Dia keluarga saya yang tersisa. Saya ...”
“Sudah! Aku hanya ingin cintamu menjadi milikku
seutuhnya!” tukas Tuan Bangsawan sengit. Rupanya ia sangat
27